Tuesday, June 26, 2012

Teknik Periklanan

a glass of Premium Roast Coffee

AVANTE GARDE
The suggestion that using this product puts the user ahead of the times e.g. a toy manufacturer encourages kids to be the first on their block to have a new toy.
 
FACTS AND FIGURES
Statistics and objective factual information is used to prove the superiority of the product e.g. a car manufacturer quotes the amount of time it takes their car to get from 0 to 100 k.p.h.

 
WEASEL WORDS
“Weasel words" are used to suggest a positive meaning without actually really making any guarantee e.g. a scientist says that a diet product might help you to lose weight the way it helped him to lose weight.
 
MAGIC INGREDIENTS
The suggestion that some almost miraculous discovery makes the product exceptionally effective e.g. a pharmaceutical manufacturer describes a special coating that makes their pain reliever less irritating to the stomach than a competitor`s.

 
PATRIOTISM
The suggestion that purchasing this product shows your love of your country e.g. a company brags about its product being made in America and employing American workers.

DIVERSION
Diversion seems to tackle a problem or issue, but then throws in an emotional non-sequitor or distraction.   e.g. a tobacco company talks about health and smoking, but then shows a cowboy smoking a rugged cigarette after a long day of hard work.
 
TRANSFER
Words and ideas with positive connotations are used to suggest that the positive qualities should be associated with the product and the user e.g. a textile manufacturer wanting people to wear their product to stay cool during the summer shows people wearing fashions made from their cloth at a sunny seaside setting where there is a cool breeze.
 
PLAIN FOLKS
The suggestion that the product is a practical product of good value for ordinary people e.g. a cereal manufacturer shows an ordinary family sitting down to breakfast and enjoying their product.
 

SNOB APPEAL
The suggestion that the use of the product makes the customer part of an elite group with a luxurious and glamorous life style e.g. a coffee manufacturer shows people dressed in formal gowns and tuxedos drinking their brand at an art gallery.

 
BRIBERY
Bribery seems to give a desirable extra something.  We humans tend to be greedy. e.g. Buy a burger; get free fries.
 
TESTIMONIAL
A famous personality is used to endorse the product e.g. a famous basketball player (Michael Jordan) recommends a particular brand of skates. 


WIT AND HUMOR
Customers are attracted to products that divert the audience by giving viewers a reason to laugh or to be entertained by clever use of visuals or language.
 
SIMPLE SOLUTIONS
Avoid complexities, and attack many problems to one solutions. e.g. Buy this makeup and you will be attractive, popular, and happy.
 
CARD STACKING
The propaganda technique of Card-Stacking is so widespread that we may not always be aware of its presence in a commercial. Basically, Card-Stacking means stacking the cards in favor of the product; advertisers stress is positive qualities and ignore negative. For example, if a brand of snack food is loaded with sugar (and calories), the commercial may boast that the product is low in fat, which implies that it is also low in calories. Card-Stacking is such a prevalent rational propaganda technique that gives us only part of the picture.

GLITTERING GENERALITIES
The glittering generalities technique uses appealing words and images to sell the product. The message this commercial gives, through indirectly, is that if you buy the item, you will be using a wonderful product, and it will change your life. This cosmetic will make you look younger, this car will give you status, this magazine will make you a leader-all these commercials are using Glittering Generalities to enhance product appeal.

BANDWAGON
Bandwagon
is a form of propaganda that exploits the desire of most people to join the crowd or be on the winning side, and avoid winding up the losing side. Few of us would want to wear nerdy cloths, smell differently from everyone else, or be unpopular.
The popularity of a product is important to many people. Even if most of us say we make out own choice when buying something we often choose well-advertised items- the popular ones. Advertising copywriters must be careful with the bandwagon propaganda technique because most of us see ourselves as individuals who think for themselves. If Bandwagon commercial is to obvious, viewers may reject the product outright.

Tuesday, April 10, 2012

Here, There And Everywhere by The Beatles



To lead a better life I need my love to be here...

Here, making each day of the year
Changing my life with a wave of her hand
Nobody can deny that there's something there

There, running my hands through her hair
Both of us thinking how good it can be
Someone is speaking but she doesn't know he's there

I want her everywhere and if she's beside me
I know I need never care
But to love her is to need her everywhere
Knowing that love is to share

Each one believing that love never dies
Watching her eyes and hoping I'm always there

I want her everywhere and if she's beside me
I know I need never care
But to love her is to need her everywhere
Knowing that love is to share

Each one believing that love never dies
Watching her eyes and hoping I'm always there

To be there and everywhere
Here, there and everywhere

Sunday, April 1, 2012

Tips Manajemen Waktu yang Efektif

1. Use a To Do List
Buat daftar kegiatan yang harus kamu lakukan. Tidak hanya sebagai pengingat tapi juga sebagai alat agar kita bisa mengatur waktu kapan harus selesai dan berapa lama kegiatan itu dikerjakan

2. Get Set In Your Ways
Buat rutinitas harian kamu dengan detail. Manajemen waktu yang baik itu menunjukkan organisasi yang baik pula.

3. Break It Up!
Pecahkan tugas besar kamu menjadi tugas-tugas kecil agar memudahkan kamu untuk menyelesaikannya karena kamu sudah menyelesaikan tiap langkah satu persatu.

4. Be Realistic
Jangan memasang target waktu yang tidak masuk akal, berikan waktu tambahan dari estimasi waktu yang diperkirakan.

5. Pick Up a Good Habit
Buat kebiasaan baru yang bisa membuat waktu kamu lebih berharga.

6. Big Messes Start With Little Piles
Selesaikan pekerjaan kamu. Buang segala sesuatu yang tidak dibutuhkan lagi begitu kamu sudah menggunakannya sebelum itu memenuhi ruangan.

7. Start Tomorrow Tonight!
Biasakan untuk mempersiapkan hal-hal yang akan dilakukan besok pada malam sebelumnya, seperti mempersiapkan baju yang akan dipakai besok atau menaruh semua hal yang akan diperlukan pada tempatnya, karena ini akan membuat waktu kita lebih efisien.

8. Don’t Forget To Write Yourself a Note
Gunakan reminder (pengingat) pada To Do List utama kamu. Gunakan HP atau alarm jam tangan!

9. Schedule a Task
Hal termudah untuk dapat mengerjakan apa yang ingin kamu kerjakan ialah membuat jadwal.

10. First Things First
Buat prioritas pekerjaan lalu buat jadwal pada waktu yang sesuai. Menurut pengarang buku “Seven Habits” Stephen R. Covey ada 4 level kepentingan dengan mempertimbangkan dua aspek, urgency (kemendesakan) dan importancy (kepentingan) yaitu: (1) urgent dan important, (2) tidak urgent tapi important, (3) urgent tapi tidak important, (4) tidak urgent dan tidak important.

11. Learn to Say No!
Belajar untuk menolak ajakan yang tidak penting dan dapat menggangu tapi lakukan dengan sopan. Kita harus fokus terhadap waktu kita. Stay focus!

12. The Pause that Refreshes
Buat jeda waktu untuk istirahat pada jadwalmu. Ini akan membuat kita refresh dan fokus akan “Apa yang dilakukan selanjutnya?”

13. Be Flexible
Untuk membiasakan diri dengan manajemen waktu yang efektif membutuhkan waktu yang tidak singkat.Jika ada pekerjaan yang tidak bisa dikerjakan tepat waktu, jadikan jadwal kamu fleksibel dengan waktu yang ada.

dikopi dari webnya rhanu.web.id

Sunday, March 25, 2012

Dan Lingkaran itu Meninggalkan Titik Tengahnya, lalu Berkembang.


Lingkaran itu bermula dari sebuah titik, namun terjadi konflik, hingga akhirnya titik pun terpecah dan perlahan-lahan menjauh dan berpencar, terjadilah sebuah pergerakan diluar biasanya, sang titik yang menyebar itu menjauh namun mereka tetap berhubungan, sesama titik yang menyebar terus erat bergandengan tangan, sebuah ikatan persahabatan sepemahaman menjadikan mereka terus bersatu, meninggalkan sang titik yang tetap sendiri, tidak berkembang, malah perlahan berjalan ditempat. Sungguh dilematis sang titik yang dulu menjadi pusat perputaran kini malah berdiri sendiri tanpa teman dan mencari teman.

Mungkin karena sifat buruk si titik, hingga semua hal yang dilakukan titik serasa berjalan ditempat. tapi tentunya sang lingkaran tak akan ada tanpa si titik, karena titik yang mengumpulan mereka hingga kini justru si titik lah yang malah ditinggalkan.

Yup jelas, karena titik hanya bisa berbicara tapi sedikit berubah (bahkan cenderung tidak), pantas lingkaran itu semakin besar membesar  dan berkembang, tentunya semakin besar lingkaran itu akan semakin menjauh jaraknya dari si titik, menjauh dari jangkauan si titik yang hanya diam ditempat, membuat sebuah jaringan tersendiri atas nama titik titik yang terkecewakan. Satu lagi pelajaran hidup yang didapat, semoga bisa kita jadikan pelajaran :)


Friday, March 23, 2012

Why CEO?



Apa yg paling mendesak untuk digulirkan saat ini? Gubernur baru atau Presiden baru atau Kenaikan BBM? Ternyata bukan keduanya. Bagi kalangan lain yg tidak terpengaruh dengan situasi dan kondisi politik tanah air. Kalangan lain yg saya maksud disini adalah entrepreneur, mereka yg konon menurut sebagian kalangan adalah posisi yg paling mulia, meski kemuliaan itu sebenarnya dinilai dari sebuah ketakwaan.

Sebuah kesuksesan tentunya diukir dari sebuah proses yg menawan, dan tentunya diperlukan pemimpin yg dalam dunia entrepreneur sering diposisikan sebagai CEO.

Ternyata jabatan CEO katanya sih berat, karena Entrepreneur itu sebuah tindakan profesionalisme dimana nyawa dibayar nyawa, artinya kewajiban bergandengan tangan dengan Hak.
Kenapa saya memposisikan diri sebagai seorang CEO dalam Amazing Broadcast Inc? karena memang dari awal saya memposisikan Amazing Broadcast Inc. sebagai sebuah perusahaan, dan yang namanya perusahaan itu sesuatu yg berorientasi pada profit, yang tentunya Uang akan menjadi landasan utama atas janji yg tergoreskan dengan tinta lembaran MOU utk bertindak Profesional.

Tidak seperti sebuah Partai Politik yg awalnya mengatasnamakan sebuah Gerakan Restorasi. Meski pendirinya pernah berkicau tentang cita-cita awal yg tidak bertuju pada kepartaian.

Tertulis jelas disebelah kanan bawah logo sebuah Incorporation, bagi saya Incorporation artinya profesionalisme. Sebuah profesionalisme itu dibayar oleh profesionalisme.
bukan dengan kata-kata, karena memang kata-kata mungkin bisa membuat Jiwa menjadi kenyang, tapi untuk raga saya kira mustahil. Jabatan CEO dalam sebuah perusahaan bukan sebuah hal mudah, memerlukan pengorbanan dalam sebuah impian besar. 
Mimpi besar tanpa tindakan itu mustahil, mimpi besar tanpa sistem yg jelas itu juga sebuah kesalahan.
Dalam prosesnya, Amazing Broadcast, Inc. selalu memposisikan profesionalisme dalam setiap tindakan bisnis. Makanya jabatan CEO bagi saya adalah sebuah tindakan yang mudah,karena saya memiliki tujuan awal yg jelas, bukan sesuatu yg berwajah Gerakan maupun komunitas yg sifatnya Non Profit. Kami Amazing Broadcast Inc yang selalu bertindak profesional atas Hak dan Kewajiban.

Thursday, March 22, 2012

Share Your Profit with Syariah!


1. Trust Investment / Full Investment
Bentuk kerjasama yang pertama adalah Trust Investment yang dalam istilah ekonomi syariah disebut Mudharabah yaitu "Sebuah bentuk kerjasama usaha antara dua pihak atau lebih dimana terdapat pihak yang menginvestasikan dan mempercayakan 100% modalnya kepada pihak lain yang berkompeten untuk mengelola usaha tersebut" Dalam istilah ekonomi Islam pihak pemilik modal disebut Shahibul Maal dan pengelola modal disebut Mudharib. Dalam istilah ekonomi modern istilah Trust Investment muncul karena suatu kerjasama usaha dan investasi yang berbasis kepercayaan 100% dari pemilik modal kepada pengelola modal tersebut. 

Bagaimana pembagian peran, keuntungan, risiko dan asset atas usaha berbasis Trust Investment tersebut:

  • Pemilik modal selain berinvestasi, juga dapat berperan dalam pengawasan usaha, sedangkan pengelola dengan kompetensinya mengelola usaha tersebut secara amanah dan professional. 
  • Pembagian keuntungan (profit) akan dihitung berdasarkan aktual keuntungan usaha dengan porsi pembagian berdasarkan hasil negosiasi dan kesepakatan yang dituangkan dalam sebuah akad atau perjanjian usaha. Istilah ekonomi Islam porsi pembagian keuntungan disebut  Nisbah
  • Bagaimana menentukan dan menghitung porsi pembagian keuntungan? Tidak ada ketentuan baku, tapi berdasarkan kesepakatan. Parameter perhitungan sebagai alat bantu dapat dilihat dalam bagian akhir tulisan ini
  • Pembagian keuntungan dihitung dari aktual laba atau rugi yang didapatkan dari usaha. Dalam istilah bisnis modern disebut Pofit & Loss Sharing. Profit atau Loss adalah selisih bersih dari total pendapatan dikurangi total biaya.
  • Risiko kerugian usaha yang bukan disebabkan bisnis risk yang lazim dan bukan miss management dan atau pengelola usaha yang khianat, 100% menjadi tanggung jawab pemilik modal. 
  • Seluruh asset baik berupa tunai maupun non tunai, baik hasil pengadaan saat di awal usaha atau asset hasil pengadaan yang tumbuh hasil pengembangan usaha 100% hak pemilik modal.  
  • Apakah pengelola usaha mendapat gaji bulanan? jawabannya tentu saja tidak karena pengelola usaha akan mendapatkan imbalan dari hasil usaha. 
  • Kapan pembagian hasil usaha tersebut? Bisa harian, mingguan, bulanan, triwulan, semester atau tahunan tergantung kesepakatan.


Contoh Implementasi dan perhitungan Trust Investment:
Mr. Steve sepakat menginvestasikan modal sebesar Rp. 100 juta dalam usaha rumah makan yang akan dikelola oleh Tn. Ahmad. Modal tersebut digunakan untuk sewa tempat, investasi peralatan dan modal kerja. Kesepakatan porsi pembagian keutungan adalah 60 bagian atau 60% untuk pengelola usaha dan 40 bagian atau 40% untuk pemilik modal.


Setelah berjalan 4 bulan usaha Rumah Makan tersebut  Tn. Ahmad melaporkan omzet dan keuntungan kepada Mr. Steve adalah sebagai berikut:
- Omzet bulan-1 Rp. 15 juta dengan kerugian sebesar Rp. 5 juta
- Omzet bulan-2 Rp. 30 juta dengan keuntungan Nol alias Break Even
- Omzet bulan-3 Rp. 40 juta dengan keuntungan bersih sebesar Rp. 10 juta
- Omzet Bulan-4 Rp. 50 juta dengan keuntungan bersih sebesar Rp. 20 juta


Maka perhitungan pembagian keuntungan atau kerugian sebagai berikut:
- Rugi bulan-1 Rp. 5 juta 100% tanggung jawab Mr. Steve
- Bulan-2, Mr. Steve dan Tn. Ahmad mendapat nihil keuntungan.
- Bulan-3, Mr. Steve = 40% x Rp. 10 juta - Rp. 5 juta = Rp. minus 1 juta
- Bulan-3, Tn. Ahmad = 60% x Rp. 10 juta = Rp. 6 juta.
- Bulan-4, Mr. Steve = 40% x Rp. 20 juta = Rp. 8 juta - Rp. 1 juta (Akumulasi 
  rugi) = Rp. 7 juta
- Tn. Ahmad = 60% x Rp. 20 juta = Rp. 12 juta.
  
Dalam kasus sahabat Rahmad, bagaimana pembagian kepada 3 orang pengelola usaha? dihitung dari keuntungan hak pengelola modal dengan porsi pembagian masing-masing sesuai kesepakatan dengan parameter bedasarkan bobot peran anda dan rekan yang mengelola usaha.




2. Sharing  Investment/Join Capital/Join Venture
Bentuk kerjasama yang kedua adalah Sharing Investment yang dalam istilah ekonomi syariah disebut Musyarakah/Syirkah yaitu "Sebuah bentuk kerjasama usaha antara dua pihak atau lebih dimana para pihak tersebut masing-masing menginvestasikan modal  dan menunjuk salah satu pihak pemodal yang berkompeten untuk mengelola usaha tersebut" Dalam istilah ekonomi Islam para pihak disebut Syarik.  Dalam istilah ekonomi modern sering disebut Join Capital atau Join Venture. 

Bagaimana pembagian peran, keuntungan, risiko dan asset atas usaha berbasis Sharing Investment tersebut:

  • Pemilik modal selain berinvestasi, juga dapat berperan dalam pengawasan usaha bahkan ikut mengelola. 
  • Pembagian keuntungan (profit) akan dihitung berdasarkan aktual keuntungan usaha dengan porsi pembagian berdasarkan hasil negosiasi dan kesepakatan yang dituangkan dalam sebuah akad atau perjanjian usaha. Istilah 
  • Bagaimana menentukan dan menghitung porsi pembagian keuntungan (Nisbah) Sharing Investment? Tidak ada ketentuan baku tapi berdasarkan kesepakatan.  
  • Pembagian keuntungan dihitung dari aktual laba atau rugi yang didapatkan dari usaha. Dalam istilah bisnis modern disebut Pofit & Loss Sharing. Profit atau Loss adalah selisih bersih dari total pendapatan dikurangi total biaya.
  • Risiko kerugian usaya menjadi tanggung jawab bersama yang dibagi proporsioal berdasarkan jumlah modal yang di setorkan.
  • Seluruh asset baik berupa tunai maupun non tunai, baik hasil pengadaan saat di awal usaha atau asset hasil pengadaan yang tumbuh hasil pengembangan usaha menjadi hak pemilik modal berdasarkan porsi kepemilikan setoran modal.  
  • Apakah pengelola usaha mendapat gaji? jawabannya bisa Ya atau Tidak. Bila Ya, maka porsi pembagian keuntungan proporsional berdasarkan modal yang disetor. Bila Tidak digaji, maka wajib diberikan tambahan imbalan kepada pengelola berupa tambahan porsi keuntungan dengan mengambil porsi keuntungan dari pemodal lain  yang tidak ikut mengelola usaha.
  • Kapan pembagian hasil usaha tersebut? Bisa harian, mingguan, bulanan, triwulan, semester atau tahunan tergantung kesepakatan.
Contoh Implementasi dan perhitungan Trust Investment:
Mr. Steve, Mr. Andrew dan Tn. Ahmad sepakat menginvestasikan modal dengan total sebesar Rp. 150 juta dalam usaha rumah makan yang akan dikelola oleh Tn. Ahmad. Porsi setoran modal para pihak adalah:
- Mr. Steve sebesar Rp. 75 juta atau 50% dari total modal sebesar Rp. 150 juta
- Mr. Andrew sebesar Rp. 50 juta atau 30%
- Tn. Ahmad sebesar Rp. 30 juta atau 20%

Modal sebesar Rp. 150 juta tersebut digunakan untuk sewa tempat, investasi peralatan dan modal kerja. Kesepakatan porsi pembagian keuntungan adalah sebagai berikut:
- Mr. Steve sebesar 30% bagian keuntungan 
- Mr. Andrew sebesar 20% bagian keuntungan
- Tn. Ahmad sebesar 50% bagian keuntungan

Setelah berjalan 4 bulan usaha Rumah Makan tersebut  Tn. Ahmad melaporkan omzet dan keuntungan kepada para pemilik modal sebagai berikut:
- Omzet bulan-1 Rp. 30 juta dengan kerugian sebesar Rp. 5 juta
- Omzet bulan-2 Rp. 50 juta dengan keuntungan Nol alias Break Even
- Omzet bulan-3 Rp. 60 juta dengan keuntungan bersih sebesar Rp. 10 juta
- Omzet Bulan-4 Rp. 75 juta dengan keuntungan bersih sebesar Rp. 25 juta


Maka perhitungan pembagian keuntungan atau kerugian sebagai berikut:
- Rugi bulan-1 Rp. 5 juta dibagi proporsional modal yaitu Mr. Steve 60% atau Rp. 
  2,5 juta, Mr. Andrew 30% atau Rp. 1,5 juta dan Tn. Ahmad Rp. 1 juta 
- Bulan-2, para pemilik modal tidak mendapat bagian karena nihil keuntungan.
- Bulan-3 dengan keuntungan Rp. 10 juta, maka pembagiannya sebagai berikut:
  Mr. Steve 30% x Rp. 10 juta - Rp. 2,5 juta (rugi bulan-1) = Rp. 500 ribu
  Mr. Andrew 20% x Rp. 10 juta - Rp. 1,5 juta (rugi bulan-1) = Rp. 500 ribu
  Tn. Ahmad 50% x Rp. 10 juta - Rp. 1 juta (rugi bulan-1) = Rp. 4 juta

Parameter Penentuan Porsi Bagi Hasil:
Seperti sudah saya jelaskan di atas bahwa tidak ada ketentuan baku mengenai porsi pembagian keuntungan karena benar-benar berdasarkan kesepakatan, tapi anda bisa menjadikan parameter ini menjadi acuan.

  1. Buat dan hitunglah proyeksi keuangan usaha berupa biaya, pendapatan, laba dan rugi secara sehat dan wajar sebagai gambaran kepada para pihak kondisi usaha yang akan di alami setelah usaha berjalan. 
  2. Untuk bentuk kerjasama Trust Investment lazim dan sering terjadi kesepakatan porsi bagi hasil 60% untuk pengelola usaha dan 40% untuk pemilik modal.
  3. Khusus untuk Sharing Investement, bila pengelola usaha sekaligus pemilik modal menerima gaji bulanan seperti karyawan, maka porsi pembagian keuntungan paling fair adalah proporsional berdasarkan modal yang di setorkan, tapi bila pengelola usaha tidak menerima gaji, maka bagian keuntungan untuk pemilik modal sekaligus pengelola wajib lebih besar dari porsi setoran modalnya. Angka 10%-30% sebagai tambahan bagi hasil kepada pemilik modal sekaligus pengelola, lazim dan sering di sepakati dalam Sharing Investment. Tambahan bagi hasil tersebut pastinya di ambil dari bagian keuntungan pemilik modal lain yang tidak ikut mengelola usaha.
WAJIB DIPERHATIKAN
Tuangkanlah kesepakatan kerjasama usaha tersebut dalam sebuah perjanjian/akad tertulis dan bermeterai bahkan di hadapan notaris, dengan mencantumkan seluruh pasal-pasal yang disepakati, exposure risiko serta semua hal berkaitan dengan usaha tersebut sebagai pegangan para pihak bila suatu saat terjadi sesuatu yang tidak di inginkan.

Bersumber dari blog Pengusaha Hebat yg ditulis oleh Budi Cahyadi dengan sedikit perubahan.

Sunday, March 18, 2012

Menentukan Harga Proyek Desain

Dalam dunia desain (khususnya dunia webdesign) banyak sekali cara menentukan harga sebuah desain yang diterapkan oleh perusahaan jasa desain ataupun freelance desainer. Ada yang memberikan harga per-paket, ada yang berdasarkan jumlah halaman, ada yang menentukan flat-price, ada pula yang menetukan berdasarkan rate per-jam atau per-hari.
Bagaimana sebuah kerja kreativitas dihargai? Sedemikian sulit-kah menentukan harga sebuah desain? Argumen apakah yang bisa diberikan seorang desainer dalam menentukan harga sebuah desain? Ini adalah masalah klasik dalam dunia desain, khususnya bagi para freelance desainer.

Perhitungan Harga Penawaran
Berdasarkan obrolan dengan sesama freelance desainer dan juga dari pengalaman, saya mencoba merumuskan bagaimana memberi harga pada sebuah hasil karya kreatif. Sebenarnya ini bukan rumus mutlak. Tapi paling tidak merupakan satu cara menentukan harga desain yang kira2 mungkin bisa diterapkan dan “cukup fair” yaitu dengan memakai formula:

HP = HT – (d x HT)

dimana: HT = [ R x W ] + K + M

HP = Harga penawaran sebuah desain atau project desain
HT = Harga total pekerjaan desain
R = Rate per-hari atau per-jam dari seorang desainer dimana 1 hari = 8 jam kerja
W = Estimasi waktu amanya pengerjaan desain/proyek
K = Harga konsep desain
M = Harga material desain.
d = prosentase potongan harga (discount) yang diberikan

Mengapa saya bilang “cukup fair”? Ini disebabkan karena dengan formula ini seorang desainer dituntut untuk bisa memberikan estimasi yang masuk akal dan cukup objektif akan hal2 seperti: seberapa objektif seorang desainer menilai skill desain dan pengalamannya, berapa lama sebuah pekerjaan bisa diselesaikan, berapa harga sebuah konsep desain atau perlu/tidaknya memberikan potongan harga kepada klien, dsb. Juga dikatakan “cukup fair” karena dengan menerapkan perhitungan ini, kedua belah pihak (desainer dan klien) diharapkan bisa melihat sisi objektif dari sebuah pekerjaan desain. Calon klien tidak merasa dibohongi dan di sisi lain desainer juga tidak merasa bekerja rodi. :D 

Menentukan Variabel2 Formula.
1. Rate (R)
Rate adalah harga perhari atau perjam yang ditentukan pada kemampuan seorang desainer dalam mengerjakan pekerjaan2 desain. Besarnya bergantung pada skill yang dikuasai, pemahaman konsep desain, pengalaman, portfolio, kredibilitas klien yang pernah ditangani, dsb.
Singkatnya R bergantung pada pengalaman dan jam terbang seorang desainer. Sebagai contoh seorang desainer yang menguasai seabrek software desain mulai dari Photoshop sampai program 3D tercanggih, memiliki pemahaman konsep desain yang dibuktikan dengan portfolio yang ditunjukkan, pernah bekerja di perusahaan desain terkemuka, berpengalaman menangani klien2 “wah” seperti Nokia, BMW, dsb, bisa dikategorikan sebagai highly priced desainer dengan rate misalnya Rp. 2.000.000/hari. Sementara seorang lulusan sekolah desain yang baru memiliki 2-3 portfolio dari perusahaan2 kecil bisa dikategorikan sebagai pemula dengan rate sekitar Rp. 100.000/hari. Disini, seorang desainer dituntut untuk mampu mengestimasi “nilai jual” dirinya berdasarkan faktor2 tersebut.
R bisa dihitung perhari ataupun perjam. Mengapa? Beberapa desainer menentukan rate/hari dengan alasan kemudahan perhitungan. Desainer lain menerapkan rate/jam dengan alasan agar lebih gampang menghitung waktu untuk revisi. Sebenarnya ini sama saja. Seperti disebutkan di atas, 1 hari = 8 jam. Sekarang kembali kepada sang desainer untuk menghitung lamanya pengerjaan sebuah proyek desain dalam hitungan hari (agar lebih sederhana) atau dalam hitungan jam agar lebih detail.
Tetapi ada satu hal lain yang harus dipertimbangkan. Ada kalanya rate/jam sangat sulit diterima oleh klien di Indonesia. Di negara2 maju dimana pekerjaan desain sudah dihargai dengan baik, rate/jam mungkin bisa diterapkan dan diterima oleh calon klien. Ini karena profesi desainer sudah dianggap sejajarkan dengan pekerjaan jasa profesional lain seperti pengacara, dokter, dsb. Akan tetapi bila kita berbicara dalam ruang lingkup lokal, berdasarkan pengalaman saya, rate/jam sangat sulit untuk diterima oleh umumnya klien di Indonesia. Tapi bila seorang desainer merasa confident untuk menerapkan rate/jam untuk klien di Indonesia, well.. why not? ;)

Estimasi lamanya waktu pengerjaan adalah jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah desain/proyek desain. Berkaitan dengan rate (R), waktu bisa dihitung dalam satuan hari ataupun jam. Sebagai gambaran, jumlah waktu pengerjaan 1 (satu) halaman HTML tanpa programming tentu akan berbeda dengan jumlah waktu pengerjaan 1 (satu) halaman website full-flash.
Dalam menentukan jumlah hari ini desainer dituntut untuk reasonable dalam arti tidak mengada-ada dan masuk diakal. Sebagai contoh mengerjakan sebuah halaman HTML simpel tentu tidak akan memakan waktu sampai 7 hari (56 jam), bukan? BIla desainer menetapkan variabel Rate (R) dalam satuan hari, variabel H tidak harus bulat, ia bisa bernilai 0.5 (setengah hari = 4 jam) hari atau 0.25 (seperempat hari = 2 jam).

3. Harga Konsep Desain (K)
Yang agak rumit mungkin menentukan harga konsep desain. Akan tetapi kita bisa mengira2 seberapa original dan brilyan-nya sebuah konsep desain. Disinilah seorang desainer dituntut untuk bisa menguraikan konsep desain yang ia tawarkan. Bukan hanya terbatas pada ide dan tampilan visual semata, tapi juga mencakup hal2 lain seperti ‘look and feel’, tata letak (lay-out) yang baik, flow navigasi dan penempatan menu sebuah website, sitemap, pemilihan tagline, dsb.
Seorang teman desainer mengatakan bahwa ia juga menerapkan semacam perhitungan untuk menentukan harga K. Dalam kasus ini, harga K ditentukan dari berapa lama ia melakukan eksplorasi untuk mendapatkan ide dan menguraikannya menjadi sebuah konsep desain dengan kata lain K=Rk x Wk (rate desainer dikalikan jumlah waktu eksplorasi). Rumit? Mungkin terlihat rumit, tapi sekali lagi, di negara2 maju (kebetulan teman saya tersebut pernah bekerja di luar negeri dan baru kembali ke Indonesia), ini merupakan hal yang wajar dan bisa diterima oleh klien.

4. Prosentase Potongan Harga (d)
Mungkin terkesan aneh bila diterapkan potongan harga untuk sebuah desain/proyek desain. Akan tetapi hal ini perlu dipertimbangkan bila seorang desainer menghadapi kasus dimana calon klien merupakan sebuah perusahaan besar dan menurut perkiraan memungkinkan terbentuknya long term relationship dan kontinuitas proyek. Dengan menerapkan discount, desainer bisa memberi alasan “proyek perkenalan” dimana sebagai awal long term relationship, sebuah desain yang bagus diberi harga yang relatif murah. Bila memang tidak mau, desainer bisa memberi harga 0 (nol) untuk variabel ini.

5. Harga Material Desain (M)
Harga material desain adalah total harga pengadaan material untuk pekerjaan desain yang mencakup harga session fotografi, pembelian stock image, pembelian lisensi additional software, fee copywriting. dan lain2
Sekarang mari kita lihat variabel mana yang nilainya bersifat fleksibel dan variabel mana yang bernilai tetap. Harga W yang pasti nilainya bersifat fleksibel karena bergantung dari skala proyek desain yang dikerjakan. Harga M juga bersifat fleksibel karena bergantung dari harga pihak ketiga yang menyediakan material desain (copywriter, fotografer, harga stock image, dsb). Harga d juga bersifat fleksibel seperti telah diuraikan di atas.
Harga konsep (K) juga bersifat fleksibel. Masalahnya sekarang adalah cara menentukan harga tersebut. Seperti telah diuraikan di atas, ada beberapa desainer yang menetapkan nilai K dengan rumus K=Rk x Wk. Tapi ada juga desainer yang menetapkan nilai K tanpa menguraikannya seperti itu. K adalah sebuah nilai yang mencakup seluruh hal mulai dari eksplorasi, ide, konsep, dsb. Semata-mata karena pertimbangan kemudahan. Sebenarnya keduanya sama saja, itu hanyalah cara desainer untuk memberikan argumen yang tepat untuk harga sebuah kreativitas.
Bagaimana dengan variabel R?
Ada dua fenomena menarik. Beberapa desainer (dan juga agensi desain) mematok harga R tetap dengan alasan bahwa harga tersebut adalah standar profesionalisme mereka. Desainer dengan harga R tinggi harus bisa bekerja dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan desainer dengan harga R yang lebih rendah untuk sebuah hasil yang kualitasnya sama. Artinya klien yang menyewa desainer dengan R tinggi akan diuntungkan dengan waktu pengerjaan (W) yang lebih singkat/cepat bila dibandingkan dengan mempekerjakan desainer dengan harga R yang lebih rendah.
Disisi lain ada desainer yang lebih fleksibel dengan harga R yaitu dengan menentukan nilai R sesuai dengan kredibilitas ataupun skala perusahaan klien. Sebagai ilustrasi, desainer seperti ini memberikan nilai R yang tinggi kepada sebuah perusahaan multi-nasional yang memiliki aset milyaran dan memberi rate yang lebih rendah kepada perusahaan kecil berbudget rendah, misalnya.
Contoh berikut mungkin bisa lebih memperjelas:
Seorang desainer level menengah memberikan rate perhari sebesar Rp. 700.000/hari sesuai dengan skill, portfolio, pemahaman konsep dan pengalamannya kepada firma-hukum mid-size untuk mengerjakan website company profile. Struktur website tersebut adalah sebagai berikut:


Struktur tersebut akan diterapkan dalam halaman2 berbasis HTML dengan tambahan features animasi flash di frontpage-nya dan aplikasi backoffice untuk news update. Estimasi pengerjaannya adalah 10 hari. Tampilan visual, look and feel serta alur navigasi dari website yang akan dibuat sangat sesuai dengan corporate image dari firma-hukum tersebut yang dibuktikan dengan mock-up yang telah dibuat. Untuk itu si desainer memberikan harga Rp. 3.000.000. Stok foto dan text untuk website disediakan oleh client, sehingga harga material = 0 (nol). Desainer tersebut memutuskan memberikan discount sebesar 10% dari harga total dengan pertimbangan akan terjalin long term relationship dimana firma hukum tersebut nantinya mungkin juga akan membuat aplikasi intranet, dsb.
Dalam kasus ini, harga penawaran adalah sebesar:

HT= (700.000 x 10) + 3.000.000 + 0= 10.000.000

HP= 10.000.000 – (10% x 10.000.000)= 9.000.000

Jadi, harga penawaran yang diajukan adalah sebesar Rp. 9.000.000. Bila ternyata calon klien melakukan bargaining, desainer bisa bertahan dengan memberikan argumen bahwa secara konsep, desain tersebut sangat cocok dengan corporate image perusahaan atau effort yang dikeluarkan untuk pengerjaan proyek memang cukup besar.
Kemungkinan besar, calon klien akan bersikeras melakukan bargaining terhadap harga2 variabel2 tersebut. Disini, desainer bisa memperkecil harga penawaran dengan menurunkan harga rate per-hari menjadi Rp. 650.000 misalnya, sehingga menjadi:

HT= (650.000 x 10) + 3.000.000 + 0 = 9.500.000
HP= 9.500.000 – (10% x 9.500.000) = 8.550.000

atau memperbesar prosentase discount menjadi 15%:
HT= (700.000 x 10) + 3.000.000 + 0 = 10.000.000
HP= = 10.000.000 – (15% x 10.000.000) = 8.500.000

Dalam contoh tersebut bisa dilihat bahwa sang desainer melakukan bargaining dengan menerapkan harga R yang fleksibel dengan tidak mengurangi waktu pengerjaan (W) berdasarkan pertimbangan2 tertentu misalnya load pekerjaan yang tinggi, dsb. Sementara desainer yang menetapkan fix rate R bargaining mungkin bisa dilakukan dengan memberikan discount atau mengurangi waktu kerja (W)
Formula tersebut saya rasa cukup general dan bisa dipakai untuk menentukan harga pekerjaan desain lainnya dan tidak terbatas hanya pekerjaan webdesign. Sebagai contoh misalnya adalah desain poster seperti Matrix Revolution di atas. Secara teknis pengerjaan poster tersebut mungkin bisa dikategorikan sebagai mudah dan dapat diselesaikan dalam 1 hari saja. Akan tetapi dengan client sekelas Warnerbros, desainer bisa menetapkan rate per-hari (R) yang cukup tinggi. Ditambah lagi dengan konsep desain yang original dan brilyan yang dilengkapi dengan tagline “Everything That Has a Beginning Has an End” mungkin variabel K bisa dihargai jutaan dollar.
Formula tersebut saya rasa cukup general dan bisa dipakai untuk menentukan harga pekerjaan desain lainnya dan tidak terbatas hanya pekerjaan webdesign. Sebagai contoh misalnya adalah desain poster seperti Matrix Revolution di atas.
Secara teknis pengerjaan poster tersebut mungkin bisa dikategorikan sebagai mudah dan dapat diselesaikan dalam 1 hari saja. Akan tetapi dengan client sekelas Warnerbros, desainer bisa menetapkan rate per-hari (R) yang cukup tinggi. Ditambah lagi dengan konsep desain yang original dan brilyan yang dilengkapi dengan tagline “Everything That Has a Beginning Has an End” mungkin variabel K bisa dihargai jutaan dollar.
Contoh diatas adalah dalam kasus programming atau actionscripting dilakukan oleh satu orang desainer yang sama. Namun formula ini juga bisa diterapkan untuk pekerjaan dimana programming atau flash actionscripting dilakukan oleh orang2 yangberbeda. Jadi bila sebuah desain website misalnya menyangkut juga pembuatan basis-data, programming dan actionscripting, harga penawaran adalah akumulasi dari harga yang diajukan tiap2 team member yang terlibat di dalam pekerjaan tersebut.
Formula di atas bukanlah sebuah hal mutlak. Mungkin ada beragam cara penentuan harga desain yang lain. Ini hanyalah salah satu cara dan penerapannya juga kembali kepada desainer yang besangkutan. Satu hal yang pasti, formula ini juga tidak akan menjamin diperolehnya sebuah pekerjaan/proyek desain? :) Harus dibedakan disini antara menentukan harga desain dengan mendapatkan proyek desain. Deal akan sebuah pekerjaan desain bergantung dari banyak faktor lain seperti relasi, tipe client, budget, kualitas desain, dsb. Tidak ada jaminan bahwa dengan menerapkan formula ini sebuah proyek desain pasti akan diperoleh. Akan tetapi, minimal seorang desainer memiliki dasar untuk menentukan harga sebuah desain dan tidak hanya bisa bergumam sambil berkeringat dingin bila sang klien mempertanyakan dasar penentuan harga desain yang ia tawarkan. :) 

source :
http://creative-innovative.com/news/component/content/article/1-latest-news/342-menentukan-harga-proyek-desain.html