Thursday, April 1, 2010

Ngenjot Sepeda ke Sukabumi

Postingan ini merupakan penyempurnaan dari artikel sebelumnya yang diperbaiki lagi yang bertujuan sebagai bahan tugas kuliah, dengan menambahkan beberapa kalimat yang belum tertulis dipostingan sebelumnya dan agak sedikit melebay-lebaykan peristiwa yang waktu itu pernah terjadi. tapi semua itu masih fakta kok, jadi anda bisa percaya postingan dibawah ini. CMIIW.

THE FREEDOM



Peristiwa menimbulkan inspirasi, sedikit terinspirasi dari Nicolai Bangsgaard dan Alvaro Biiclown yang keliling dunia dengan sepedanya, mungkin itu yang terbenak diotakku ketika berniat mengenjot sepeda dari rumah dikawasan Lenteng Agung, Jakarta Selatan ke sebuah desa terpencil bernama Gegerbitung, lokasinya terletak di kabupaten Sukabumi provinsi Jawa Barat. bahkan Gegerbitungpun terbilang jauh jika dihitung dari Kota Sukabumi, jadi anda bisa bayangkan sendiri jika dihitung dari Jakarta, untuk lebih mudahnya kita bisa memberi patokan seperti ini,



".. Anda dari Jakarta, ketika bertemu Gunung Salak silakan berbelok ke kanan ,dan terus lurus.. dan kemudian ketika anda mau menabrak gunung Pangrango, berbeloklah kekiri... lalu melaju terus melewati lembah, dan sungai mengalir indah disamudra, bersama teman bertualang .."
sedikit nyerempet ke Ost. Ninja Hatori versi Indonesia

Perjalanan melelahkan itu dimulai jam 6.00 pagi, melewati kota Depok menuju kearah Bogor, peserta perjalanan ini saya lalui bersama seorang teman, sebut saja Dery namanya. Sebenarnya bagi Dery ini adalah pulang kampung, yan kami menjadikan kampung sebagi destinasi kami ke Sukabumi.




Jalan raya lumayan masih sepi, bahkan saya sempat menunggu teman saya itu yang tergolong 'manusia karet'. Setelah menunggu setengah jam, akhirnya kawan saya itu pun datang, lengkap dengan gembolan barang diranselnya juag dengan mengenakan seragam olah raga warna kuning dan celana panjang ciri khas SMP nya dulu, saya sendiri mengenakan sebuah T-Shirt dan celana ukuran 3/4 guna memudahkan saya dalam melaju, tak lupa juga sebuah helm sepeda 'abal-abal' yang saya beli tergolong mahal (untuk sebuah helm abal-abal) di sebuah pusat perbelanjaan di kota Depok.


Isi Ransel kami penuh dengan pakaian ganti dan bahan konsumsi, terutama sebotol air mineral ukuran jumbo yang sepertinya tidak akan cukup menemani sampai ke Sukabumi, juga snack - snack khas warung yang saya 'culik' dari Warung milik Budeh saya, antara lain wafer Tango yang ternyata ampuh juga menemani perjalanan ini.


Dengan penuh semangat kami memulai perjalanan ini, meski diawalsaya tertinggal temansaya cukup jauh karena saya kaget melihat pompa porteabel yangbiasa saya gantungkan dibawah sadel tidak berada pada posisinya, akhirnya saya ikhlaskan karena sudah cukup jauh tertinggalnya.


Perjalanan dikota Depok sungguh menyusahkan, terutama karena banyaknya angkot yang lalu lalang sembarangan, membuat kegiatan ngenjot ini harus tetap fokus. Tak lama berselang kini kami sudah berada di Jalan Raya Bogor, sambil mencoba menjajal air mineral bawaan dari rumah ditepi jalanan yang tergolong ramai dikota Bogor. Sesaat setelah menikmati air kami terkejut ketika bunyi 'kriiing..' suara ciri khas klaskon sepeda menyapa kami, ternyata ada seorang pengguna sepeda dari komunitas Bike to Work yang menyapa kami, sontak saya pun langsung membalasnya dengan bunyi 'kriiiing..' serupa, sebuah bel atau klakson (atau apalah namanya ) memang terpasang kencang di stang sepedaku. dibelakang Jok sepedaku juga terpasang sebuah logo berwarna kuning bertuliskan Bike to Work bikinan sendiri dengan memanfaatkan mesin ID Card yang bersarang dirumahku.


Perjalanan tak terasa sudah sampai di Kota Bogor, tepatnya kami telah melewati terminal Baranangsiang dan seorang petugas Polisi yang sedang bertugas didepan Botani Square menyemangati kamiuntuk terus melaju. Selanjutnya kami melanjutkan perjalanan lewat jalur yang saya sendiri ga terlalu ingat lewat mana, yang pasti kami belok kanan ketika terdapat sebuah pasar setelah saya bertanya jalan yang mengarah ke Sukabumi.


Singkat cerita, kami akhrnya sampai ke arah Sukabumi dengan melewati tanjakan dan turunan juga melintas diantara tebing- tebing yang lokasinya tergolong amat sepi, untunglah kami tidak tertimpa tindakan kriminalitas yang sebenarnya saya takutkan, tap sayat etap cuek dan menganut perkataanya Yulika Stria Daya presenter acara Backpacker di Tv One, yang sering berkata



'Asikin aja..!!'


Kami juga melewati sebuah jalanan aspal panjal ketika menju kerah Sukabumi, Ya Allah waktu itu siang amatlah terik, aspalnya tak henti - hentinya menyapa kami, aspak itu amatlah panjang. juga debu dan truk-truk trailer yang melaju sangat dekat dengan kami. Kawan perjalanan saya, Dery sempat terjatuh ketika menghindari mobil-mobil yang terlihat kurang mengormati pengendara sepeda, untunglah dia tidak cedera parah, hanya saja gear sepedanya menjadi bengkok,akibat jatuh tadi. alhasil kita break sebentar untuk membenarkan sepedanya yang rusak.


Seingat saya lokasi jatuhnya tidak jauh dari pabrik minuman POCARI SWEAT yang setelah saya coba telusuri kembali lewat google, seperti yang telusuri di blog Bugis Camp (http://bugiscamp.wordpress.com/2008/05/16/pocari-sweat-pengganti-ion-tubuh/) pabrik terletak di Desa Cicurug, Sukabumi, Jawa Barat, kira-kira 100km dari Denman ketinggian 400 meter diatas permukaan laut. Diatas lahan seluas 74,650 m2 dan disiinlah dibangun fasilitas untuk memproduksi POCARI SWEAT untuk kemudian dipasarkan secara nasional, bahkan juga untuk di tujuan ekspor. Didaerah itu ketika saya lihat keadaannya memang berkelok kelok dan naik turun juga terdapat banyak Trailer. Sunguh berbahaya !!



Tapi sayangnya bukanlah POCARI SWEAT yang saya minum saat itu, malahan saya membeli Mizone, hitung-hitung buktiin tayangan jadi 100% kamu yang ada di iklan. Gak taunya bener loh abis itu sepertinya ada sebuah semangat baru buat ngelanjutin perjalanan (mulai termakan iklan a.k.a korban iklan).

Mungkin next trip salah satu perusahaan itu jadi
sponsor kali ya? saya sendiri belum tahu.


Perjalanan kami lanjutkan kembali, disebuah tikungan diantara tebing-tebing curam didepan kami, dari arah yang berlawanan nampak seorang pesepeda gunung yang sepertinya seorang profesional menyapa kami membuat kami tambah semangat menempuh perjalanan, walaupun kami tidak pernah kenal sebelumnya, nampaknya ikatan antar para pesepeda amatlah kuat, mereka bisa bertegur sapa ketika bertemu diperjalanan, wah rasanya pengen lebih melebarkan perjalanan ini hingga menuju peradaban berbeda di negeri lain yang jauh disana, sambil menenteng sebuah buku Lonely Planet






Kami sempat mapir kesebuah Masjid yang terletak dibawah jembatan untuk menunaikan Shalat Dzuhur, untuk itu kami menenteng sepeda kebawah menapaki anak tangga satu persatu. nah dimasjid inilah kami sangat kehabisan air ,dan kami mengisi botol minum kami, terutama saya yang mengisi botol Aqua ukuran Jumbo saya dengan air yang disediakan untuk berwudhu dimasjid itu. Selidik punya selidik ternyata air yang digunakan untuk berwudhu berasal dari sungai yang mengalir di seberang Masjid. kami yakin sungai disini bersih, tak seperiti sunag di Ibukota apalagi yang diwilayah Ancol, untuk mendekatinya pun saya sangat taktertarik.Ya kami minum air mentah, yangbersal dari sungai, kami sebelumnya mencobanya sedikit, kami nekat dan yakin aja jika airnya ga bikin perut sakit kok, ha ha ha..pokoknya Asikin aja..!!



Nah, Sholat pun telah kami tunaikan, saatnya melanjutkan perjalanan, kami pun kembali mengangkat sepeda keatas, manapaki anak tangga yang jumlahnya tidak begitu banyak, meski agak bentuknya agak berkelok-kelok. kami mencoba memandangi sungai dari atas jembatan, "wah segarnya... seger sekali nih air, sudah dingin tanpa perlu didinginkan di kulkas" ujarku, kepada temanku. aku kembali memperhatikan kearah sungai, dan anda tau apa yang saya temukan? hoho.. saya menyaksian sumber airyang saya minumbarusan sedang digunkan untuk buang hajat.. oh no..no..no.. tapi dengan pikiran gila saya, saya berujar "ah biarin dah.. rasanya enak kok, walau bekas orang gituan..." saya pun langsung membuka kamera digital low Quality berteknologi VGA saya dan mencoba memotret keadaan sekitar, salah satunya foto ini yang mengambil objek sebuah jembatan dengan mode low angle, terlihat di jembatan ada sebuah sungai, ya..anda bisa tebak itulah sunagi yan saya ceritakan, sayang orang yang sedang beraktivitas itu tidak saya ambil gambarnya. tepat dibelakang saya berdirilah Masjid itu.






Perjalanan kami lanjutkan dengan air sungai yang diisi setengah botol Aqua jumbo di letakkan didalam tas, dengan trek berkontur naik turun, khas daerah di Jawa Barat, sesekali saya menikmati air sungai itu, guna menghilangkan dehidrasi.


Kembali saya mencoba menyingkat cerita, saya akhrinya sampai di Desa Gegerbitung, tepat pukul 17.00 WIB tengan menghabiskan waktu selma 11 jam dari Jakarta, ternyata rumah nenek teman saya itu termasuk berada dipusat desa, walaupun lokasinya berada terlalu pingir dari sukabumi. terbukti ternyata dibelakang rumahnya terletak sebuah kecamatan. tapi begitu keadaannya, meski termasuk dipusat tetap saja lokasinya teramat pinggir.meski begitu, kondisi jalanan disini termasuk bagus, karena jaan sudah teraspal dengan rapih.tetapi tidak dengan penerangannya, wah memang kenapa? mungkin anda bertanya seperti itu,nanti akan saya ceritakan disaat perjalanan pulang, pokoknya ceritanya angker deh !


Saksikan dulu, keadan desa Gegerbitung, hasil bidikan dengan kamera handphone saya yang lagi-lagi masih berteknologi VGA.

Ini keadaan sawah disana, yang menarik, disana terdapat banyak pamplet pupuk bertengker disetiap pohon dipinggir jalan, sebuah strateri periklanan yang menurut saya sangat cocok,mengingat produsen tidak memasang iklannya di Jakarta yang notabene sawah dan tanaman bakaunnya sudah tergilas dengan gedung dan apartemen mewah.

 Disana juga terdapat peternak bebek, bebeknya terlihat teratur keluar dari kandangnya yang memanfaatkan gorong-gorong di pinggir sawah.

 Ini pemandangan depan rumah Kakek Neneknya Dery, terlihat gunung Pangrango yang tadi kita lewati.


ternyata kampung Gegerbitung memiliki seorang putri daerah yang kini sudah menjadi artis terkenal, namanya Dessy Ratnasari, dia kini menjadi host bersama Ferdy Hasan di acara Selamat Pagi Trans 7, yang tayang setiap Sabtu dan Minggu pukul 7.30 - 8.30 WIB. Acara ini menyajikan informasi-informasi yang menarik bagi keluarga Indonesia.


saya sendiri sempat melewati depan rumahnya yang bercat putih, ketika jalan -jalan pagi sambil menahan rasa dingin yang kini mulai membuat telinga ini sakit. akhirnya saya meninap disana selama 1 hari 2 malam, dan langsung kembali ke Jakarta masih dengan mengenjot sepeda.




Nah perjalanan pulang inilah yang Angker !


Menempuh perjalanan pulang, kami pulang di pagi - pagi buta jam setengah empat, setelah memakan sebungkus mie instant dan dibekali Sebungkus Nasi ikan dan Telur Mata Sapi. Semoga nanti tidak terlalu lapar diperjalanan, kami memulai perjalanan pulang ini sambil menahan dingin yang menyapa.


Diawal perjalanan, kami kaget ternyata desa itu masih ada jalan yang belum ada penerangan a.k.a Lampu Jalan. Wah akhirnya kami mengandalkan cahaya dari HP Low Batt kami dan menonaktifkan Screen Saver guna menambah terang cahaya Handphone. Meskipun kondisi jalan tergolong gelap buta, sambil ditemani suara merdunya tadarus al-Qur'an disurau-surau yang berkumandang ringan. mengayuh sepeda serasa ditemani raksasa, dikarenakan dipinggir jalan masih banyak pohon-pohon yang tergolong giant. akupun kembali mengayuh sepeda dengan memegang handphone ditanggan kiriku, sayang maklum handphone bertuliskan Benq-Siemens ini tak saya pakaikan sebuah kantung.


Semangat hampir pupus ketika kami kembali dihadapkan kepada kondisi jalan yang gelap, kali ini gelapnya teramat lebih, bahkan kerah mana jalanan ini kami tidak mengetahuinya, cahaya handphone pun tampaknya tak berfungsi lagi, karena kalah dengan gelapnya pagi. kamipun hanya mengandalkan feeling. sebuah keyakinan jika jalan yang kami lalui tidak mengarahkan kami ketempat yang salah. teman saya mengaku jika dia tidak membelokkan stang sepedanya, dia melaju lurus saja, padahal setelah kami diberitahukan keesokan harinya, ternyata itu merupakan tikungan yang dipingirnya merupakan jurang. dan belakangan diketahui, bahwa ditempat itu beberapa hari yang lalu telah terjadi sebuah kecelakaan, itu bukanlah kecelakaan yang pertama dilokasi tersebut, sudah banyak nyawa yang melayang dilokasi itu. Untungnya waktu itu kami tidak kenal lokasi itu, kalo kenal, wah bisa kenalan tuh sama penunggunya !


Diwaktu adzan subuh menggema, kami pun telah sampai didaerah kota, kami pun amat bersyukur karena disini tergolong ramai penduduk, sudah ada mobil yang berlalu lalang, kami pun amat bersyukur atas apa yang kami lalui barusan.

setelah sejenak mampir disebuah masjid, kami langsung melanjutkan perjalanan, rasanya perjalanan pulang lebih mudah dicapai dibandingkan waktu kami datang, walaupun dititik-titik tertentu kami masih merasakan keram, yang paling saya ingat adalah ketika saya mengehembusakan nafas dan muncullah asap-asap yang keluar dari mulut, menandakan udara panas yang bertemu dinginnya udara dan sindahnya pemandangan di sekitar gunung pangrango, apalagi didukung oeh jalan lurus yang membuat kami malas untuk beristirahat sejenak. Subhanallah.. Saya pun sempat mengisi angin disebuah bengkel disebuah pasar besar di kota Sukabumi.

Tak diduga kami sudah sampai dikota Bogor, dan lebatnya pohon-pohon dikawasan kebun raya seakan menyambut kami. kami pun terus melaju kearah ibukota. makanan yang kami bawa dari sukabumi baru kami makan dipinggir sebuah lapangan sepak bola didaerah Bogor, kami layaknya gembel, tidur dan makan dimana saja. menurut kami itu bukanlah kekurangan, tapi sebuah kekhasan, bisa jadi ini sebuah latihan, bagi saya karena saya belum yakin akan jadi apa saya nanti, apakah seorang puitis atau apatis.


kinipun kami sudah sampi dikota Depok, tinggal selangkah lagi kearah Jakarta, dikanan kiri terdapat beberapa petak sawah, saya baru tahu jika di Depok ternyata masih ada sawah. meski saya sepertinya agak pesimis berpikir mengenai masa panen.

Saya dan Dery berpisah dan akhirnya saya sampai dirumah, disambut Ibu yang terlihat sangatlah cemas, tapi saya memasang wajah gembira meski sudah beberapa hari ini saya terpanggang dan terbekukan oleh panas dan dinginnya suhu bumi.


mungkin anda membaca artikel ini di terindeks otomatis di Notes Facebook saya, padahal ini merupakan sebuah artikel di blog saya yang bisa anda  kunjungi di http://www.dickyrinaldo.co.tv


















 


No comments:

Post a Comment