oleh : Dicky Rinaldo
Nama tokoh, cerita dan sejarah dalam cerpen ini hanya karangan belaka, diharapkan untuk tidak memberikan kesimpulan saat anda membacanya, Juga dihimbau agar tidak menggunakan isi dari cepern ini sebagai sumber sejarah, karena mayoritas isi di cerpen ini hanya karanagn belaka. Mohon maaf jika ada kesamaan. Silakan tersenyum ketika membacanya :)
Hiduplah seorang Wicaksono Isman (22) disebuah gang sempit diera tahun 30’an. Beliau adalah seorang juragan beras asli pribumi satu-satunya diwilayah Grojok. Dialah salah satu orang paling berpengaruh terhadap maju mundurnya perekonomian Grojok saat itu, disamping para pedagang pecinan yang hingga kini menguasai perekonomian disana. Wicaksono Isman atau biasa dipanggil Mas Icak hanyalah seorang perantau dari Nganjuk, sebuah kota di sebelah timur pulau Jawa.
Mas Icak hidup sebatang kara di Jakarta, dia memulai usaha berasnya saat kondisi perekonomian saat itu kurang bersahabat dengan kaum pribumi, bayangkan pada saat itu hanya kaum atas dan keluarga beanda lah yang beruntung bisa memakan nasi, sedangkan penduduk pribumi hanya cukup memakan umbi-umbian. Sungguh berbeda dengan kondisi sekarang ini.
Usaha dagang beras dimulai Mas Icak dengan modal pemberian Engkoh Liong (55), majikan pecinan yg memecatnya karena cemburu dengan tingkah laku istrinya Mei Ling (35) yang genit terhadap Mas Icak.
Memang, Mas Icak tergolong lelaki yang menarik. Banyak cici cici Grojok yang tertarik padanya, Londo londo cantik asli Belanda pun berhasil ditaklukannya, itu semua karena sifat jujur dan perhatian Mas Icak yang kadang ditunjukkan saat mengantar pesanan beras bagi pelanggan toko Engkoh Liong dulu.
Saat Mas Icak sudah keluar sebagai buruh di toko Engkoh, Mei Ling masih saja terus mengejar Mas Icak. Hingga suatu malam Mei Ling mencegat Mas Icak disebuah pojokan gang yang biasa dilalui Mas Icak. Mei Ling Mengoda, wanita paruh baya itu mencoba merayu Mas Icak dengan pakaian yang tergolong seksi saat itu. Di menggoda, “Mas kesini.. aku mau bicara sebentar..” Sahut Mei Ling yang mengajak Mas Icak kesebuah pojokan gelap. “Ada apa Chi..? ada yang bisa saya bantu..?” jawab Mas Icak dengan polos. “Mas tolong bantu saya..” Tanpa kmenucap yang lain Mei lIng menarik tangan Mas Icak, Namun Mas Icak menanggapinya dengan wajar tanpa curiga sedikit pun dengan wanita itu. Tubuh Mei Ling tercium wangi saat menarik tangan Mas Icak untuk langsung ke tokonya. Laju Mei Ling semakin cepat saat berpapasan dengan petugas keamanan belanda yang beroperasi malam itu. Mas Icak pun sedikit kesakitan karena erat sekali tangan Mei Ling menarik tangannya. Malam semakin larut, Mereka pun sampai dirumah Mei Ling langsung menyuruh Mas Icak untuk masuk, namun dia menolak karena dia curiga dengan tingkah laku Mei Ling yg sepertinya merencanakan sesuatu, “ Ayo Mas.. Mari masuk..” sambil menarik tangannya Mas Icak. Mas Icak langsung reflek untuk menari kembali tangannya kemudian berkata “Ci Mei jangan susahkanusaha saya, saya cukup untuk tidak dipercaya oleh Engkoh, saya rela dipeat, tapi jangan buat saya kembali menderita..” Ucap Mas Icak yang langsung pergi meninggalkan Mei Ling dan rumah tokonya. Untung Mas Icak cepat pergi, setelahnya muncul Engkoh Liong dengan karyawan-karyawannya dengan membawa barang belanjaan. Beruntunglah Mas Icak yang polos.
Sejak peristiwa itu Mas Icak lebih berhati-hati terhadap lingkungannya, terutama dengan Mei Ling, dia tidak mau Engkoh salah paham atas semua rencana yang direncanakan Mei Ling.
Saat itu sebagai perjumpaan terakhir Mei Ling dengan Mas Icak, kini mereka sudah jarang ketemu, mungkin karena curiga dengan tingkah Laku Mei Ling, tersiar kabar bahwa Engkoh mengirimnya kembali ke negeri China. Mas Icak selamat.
Sebenarnya bukan Mas Icak anti terhadap wanita, dia juga meiliki seseorang yang dipuja-puja, hingga menjadi sebuah spirit untuk memulai binis usaha berasnya Sebut saja Putrji seorang wanita berkerudung keturunan Pariaman Jawa, yang kini tinggal diwilayah Tjiputat, Tangarong. Putrji ditemuinya saat bersama-sama belajar di Sekolah Rakyat dulu. Sebenarnya Mas Icak ingin sekali memiliki Putrji tetapi sayang, Putrji telah dimiliki yang lain. Hingga kini Mas Icak hanya menjadi pemuja rahasia Putrji, Mas Icak berkomitmen, jika dia sukses nanti dia akan kembali mencoba merebut perhatian Putrji, bukan untuk menjadikan Putrji seorang kekasih, bahkan lebih dari itu, Dia berencana langsung melamarnya. Selain sebagai seorang Pemuja Rahasia, Ternayata mas Icak memiliki impian lain, dia ingin agar masyarakat pribumi yang menguasai perekonomian pribumi, dia khawatir jika melihat penduduk pribumi hanya bisa menjadi pegawai rendahan di Warung Pecinan atau juga tercatat sebagai Demang kaum elit Belanda.
Diawal usahanya dia mencoba berjualan beras seadanya, walaupun kecil, tapi dialah satu-satunya rakyat pribumiyang berdagang pada masa itu, selebihnya hanyalah Engkoh dan Ci ci Pecinan yang berkuasa.
Awalnya Mas Icak merasa grogi untuk memulai usaha berasnya, namun Mas Icak teringat akan senyuman merana para pribumi dan tentu saja senyuman manis sang Putrji. Hingga saat itu berdirilah sebuah bedeng kecil yang berisi 5 kilogram beras disetiap wadahnya, ada yang seharga 40 golden per liternya hingga yang termahal sekitar 45 golden. Mata uang Belanda masih eksis saat itu.
Sepi pembeli. Memang banyak pedagang beras di daerah Grojok. Sebuah pendapat yang baru muncul di benak Mas Icak dan merasa kurang percaya diri karena sudah seperempat hari tidak ada yang membeli,bahkan untukmelirik bedengannya pun terasa ogah. Mas Icak pesimis. Dan alhasil seharian itu dilalui mas Icak dengan hasil yang pesimis.
Hari kedua sebuah peluang datang, Mashushita Arachi, seorang Psikolog di kemiliteran Jepang yang dulu menjadi Pelanggan di warung Engkoh. Dia mencari-cari Mas Icak, memang Mas Icak menjadi pegawai kepercayaannya di toko beras Engkoh dulu. Karena Mashushita pernah merasa dibohongi oleh Engkoh, namun dengan polosnya Mas Icak menjawab semua pertanyaan yang diajukan dengan jujur. Engkoh pun sangat marah, namun Mei ling berhasil menahan Engkoh agar tidak memecat Mas Icak.
Dengan wajah Angkuhnya, Engkoh tidak mau memberi tahu keberadaan Mas Icak kepada Mashushita, dia ingin Mas Icak hidup menderita, “dia sudah pulang ke Nganjuk..” Ucap Engkoh yang tidak berhenti menimbang beras saat Mashushita datang.
Mashushita pun merasa Jengkel dan langsung meninggalkan toko Engkoh. Namun Jieng Ba putra tertua Engkoh yang dari tadi menguping pembicaraan, berlari mengejar. Dengan sebuah alasan Jien Ba berhasil pergi meninggalkan Toko warisan kakek buyutnya itu.
Dengan nafas terpogoh-pogoh Jieng Ba berari menyusuri kelokan pertokoan yang becek karena baru diguyur hujan.
“Jendral Mashushita…!” teriak Jieng Ba yang tak Henti hentinya mencari sang psikolog kemiliteran yang memang biasa ia panggil Jenderal.
Jembatan Merah sebuah jembatan buka tutup yang menjadi pintu lalu lintas pelayaran Hindia Belanda saat itu beberapa detik lagi akan terbuka, Sebuah kapal besar akan melintas, Jadi lalu lintas darat pun akan istirahat sementara untuk mempersilahkan sang kapal besar untuk melintas.
Penjaga perlintasan meniupkan Peluitnya tiga kali, seraya mengangkat bendera putih, tanda untuk mengosongkan jembatan. “Prittt……… Prittt……… Prittt…”
Karena tidak ingin menunggu, Mashushita pun berjalan lebih cepat. Tubuhnya yang biasa berlari, seakan bergerak amat mudah berlari di jembatan yang hampir terangkat itu.
Sementara Jien Ba dengan tubuh besarnya masih mengejar Mashusita, dia mencoba menyebrangi jembatan itu juga, namun tangannya kemudian digenggam oleh petugas perlintasan, “Kamu bodh atau ingin ditabrak kapal…?” Ucap petugas perlintasan kepada Jaeng Ba. Napas Jaeng Ba yang dari tadi terolah, kini terpaksa berhenti, namun matanya seakan tidak mengedip, karena terus mencari tahu kemana arah Mashushita melangkah. Namun tubuh besar Jaeng Ba kini kehilangan jejak. Jaeng Ba sudah menganggap Mas Icak sebagai kakaknya, dulu dia juga ikut memohon agar Mas Icak tidak dipecat oleh Engkoh. Bahkan Jieng Ba sering di berikan oleh-oleh Brem, sebuah makanan khas Jawa kesukaan Jaeng Ba, ketika Mas Icak Pulang ke Nganjuk.
Fajar mulai tertutup dan matahari kini tenggelam bergantian dengan sang bulan yang menghiasi malam. Jaeng Ba berlari tanpa hasil.
Disebuah pagi ketika para Pecinan sedang merayakan Imlek, Hanya Mas Icak yang hari itu membuka tokonya, Pastilah Mas Icak memonopoli perdagangan beras di hari itu. Pagi-pagi Mas Icak kedatangan pembeli pertama, dia lah Deta van Hallen, putri seorang militer belanda keturunan pribumi.
Dengan dialeg belandanya, dia membeli beras sebanyak tiga buah karung, untuk mengadakan pesta nanti malam. “Kirimkan tiga karung berang untuk pesta malam ini, Langsung antar kerumah.. Jangan lupa pilihkan berasa yang paling mahal.. awas saja jika tamuku ttersasa sesak saat makan nanti..” Ucap Deta saat membeli beras, Para kaum belanda memang cenderung merendahkan kaum pribumi, mereka megamngap kaumpribumi abagaikan samapah yang senantiasa kotor dibumi kependudukan ini. Deta Van Halen memang cantik, dia keturunan Belanda, jadi wajar saja jika tingkah lakunya seperti itu, dia pun dididik dengan cara belanda, bahkan dulu dia sempat menadi seoorang model saat bersekolah dibelanda, namun ibunya meninggal setahun yang lalu, hal itu lantas membuat ia pulang ke Indonesia, guna mengurusi Ayahnya Tuan Hallen yang kini sudah mulai sakit-sakitan.
Dulu sebelum ibunya tiada, Sebenarnya Deta seorang yang periang, namun sejak kepergian Ibunya dia seperti kehilangan sesosok manusia yang memperhatikannya. Kini hanya mbok Ijah, seorang pegawai di rumah Deta yang juga tetangga yg tinggal bersebelahan di dengan Mas Icak.
Mbok Ijah sering menasehati Deta, karena tingkah lakunya yang memandang rendah kaum prbumi, sebagai kaum yang terbuang. Padahal dia sendiri juga seorang keturunan Indonesia, hal itu membuat dia sering dibicarakan orang sebagai pengkhianat.
Hal berdeba Nampak pada Putrji, sang wanita cantik pujaan Mas Icak, dia asli Indonesia, bapaknya yang keturunan Padang dan Ibunya yang asli dari Banyuwangi,sebuah kota di Timur Pulau Jawa.
Tingkat strata antara Mas Icak dan Putrji pun bisa dibilang sedikit hamper seimbang, Mas Icak yang seorang Calon Pneusaha Sukses berdampingan dengan Putrji yang seorang anak Kiai Kanjeng. Kiai kepercayaan dari kerajaan, Ibunda Putrji pun seorang abdi dalem Kerajaan, tak heran jika Putrji terlahir sebagai wanita yang baik-baik, apalagi ditambah ketika tiga tahun lalu dia mengenakan kerudung, hingga saat ini, Semakin membuat wajah itu terlihat cantik. Putrji juga terbilang anak yang cerdas, disekolah Rakyat dulu dia menjadi pelajar terpandai di keilmuan sosial, sebuah jurusan yang disenangi Mas Icak.
Tapi hidup tiada mungkin tanpa perjuanan, tanpa pengorabanan, yang mulia adanya, kisah putrji yang telah dimiliki orang lain kini berubah, menjadi putrji yang sedang sendiri, alias hubungan dekatnya dengan orang lain kini berakhir, sebuah udara segar bagi Mas Icak. Mas Icak kini berharap.
Putrji memandang Mas Icak biasa saja. Mas Icak memamg memuja seorang Putrji, namun belum tentu Putrji juga memuja Mas Icak. Mas Icak yan dulu hanyalaj seorang pelajar biasa dan tak tergaung entang pemuda yang sukses, Pernah suatu hari Mas Icak memenangi sebuah perlombaan puisi antar sekolah rakyat di grojok. Untungnya Mas Icak memperoleh juara 2 waktu itu, walau bukan sebuah perlombaan besar, tapi Mas Icak merasa sangat bangga, maklumlah itu predikat juara pertama Mas Icak semasa hidupnya.
ang menarik,ketika Mas Icak didaulat menaiki pelataran sekolah, ketika akan dianugerahi oleh Pemimpin Sekolah Rakyat Grojok 5, Mas Icak denan tamoang polosnyaa merasa banggsa, apalagi ketika Putrji wanita impiannya ada dideretan terdepan dalam pertemuan. Mas Icak merasa Putrji memandangnya oenuh cinta, Putrji yang pemalu ditatap matanya oleh Mas Icak, karena merasa diatas angin, Mas Icak dengan tampang polosnya kemudian tersenyum kepada Putrji, Putrji pemalu pun langsung membuang tatapannya saat Mas Icak menatap. Mas Icak merasa diatas angin.
Semasa sekolah, Perbincangan Mas Icak dengan Putrji pun seakan biasa saja, hanya Mas Icak seorang yang cinta, meski Mas Icak merasa yakin jika Putrji juga suka kepadanya, Mas Icak pun tak tahu kenapa, perasaannya itu datang dengan sebuah keyakinan begitu saja. Mas Icak sang pemimpi.
Mas Icak kini sudah sekitar satu tahun lenih tak ada kontak dengan Putrji, Mas Icak memang bodoh dalam bercinta, seseorang yang dia cinta seakan-akan ia lepas begitu saja.
Disebuah pertemuan antar kelas, tepatnya disebuah acara seminar kerja yang sering mempertemukan mereka, Mas Icak pun tampak hanya memendam perasaannya.
Mas Icak si Pemalu, bagaikan sebuah rintangan besar dalam hidup Mas Icak sendiri. Rintangan besar ambigu yang kadang membingungkan sang Putrji.
Ayahanda Putrji yang seorang kiai kanjeng terpandang di grojok membuat Mas Icak hati-hati melangkah, bahkan Mas Icak sempat tidak mau berpacaran dengan Putrji, karena dalam Islam tak ada istiah pacaran, yang ada hanyalah Pernikahan, dan hal tersebutlah yang Mas Icak Inginkan. Mas Icak ingin putrji menjadi pendamping hidupnya. Putrjilah cinta pertama Mas Icak.
Mas Icak dan Putrji disekolah dulu jarang sekali berbicara, kini Mas Icak hanya bisa merenungkan masa lalu dan merasa ingin sekali bisa berbicara dengan Putrji.
Namun hari itu semua berubah, Mas Icak mendapat kabar bahwa Putrji telah akan berganti pasangan, pasangan yang mungkn lebih pantas bersanding dengan seorang Putrji. Putrji yang sangat dicintai Mas Icak. Kabar baiknya mereka belum menjalin hubungan, baru pendekatan saja. Sesuatu bisa terjadi, Meski begitu Mas Icak sepertinya pesimis. Mas Icak selalu pesimis dalam urusan cinta, Cinta yang selalu membuat hati Mas Icak kembali dilemma, sepertinya Putrji amat popular dikalanan pergaulan disana, yang satu hilang, yang satu datang. Bagaikan kereta di stasiun yang sering berlalu lalang.
Dilema dan pesimis selalu melanda hari-hari cinta Mas Icak. Apalagi kisag setelah lulus ini yang sering Mas Icak Tanya dab hawab sendiri dalam hati. Rentetan pertanyaan yang biasa terbenak antara lain sedang dimana? Dengan siapa? Dan sedang berbuat apa? Rentetan pertanyaan ambigu yang membuat hari-hari Mas Icak terasa ambigu untuk melangkah.
Mas Icak suatu hari pergi membeli buku, disebuah buku tertuis ‘Dilema Cinta’ cover wajahnya mengingatkannya pada Putrji, dan dia kini berpikir sendiri jika Putrjilah pengarang di buku tersebut. Meski jelas-jelas tetulis Joko Lelono sang Pengarang kontemporer terkenal pada zaman jadul waktu itu. Dengan cover depan mirip Putrji, sudah membuat ia membeli buku itu, meski setelah dibaca malah menjadi pertentangan tersendiri karena ternyata sang penulis adalah seorang Waria. Hal ini jelas mengagetkan Mas Icak saat Penulis hadir dalam pertemuan para pengemar bukunya. Mas Icak kini agak jijik dengan buku itu, sepulangnya dari acara Mas Icak langsung membuang buku ‘aneh’ dan dirasa sangat tidak cocok dengan dirinyya tersebut kesebuah tempat sampah terdekat di alun-alun grojok.
Mas Icak pergi dengan sendirinya, teman-teman dekatnya malah tertawa, tentang sebuah hal yang mengosongkan peryt, hinga gampang untuk tertawa terbahak-bahak.
Prianggodo (70) atau dikenal Mas Pri istri dari Mbok Ijah, pembantu yang bekerja di Rumah Deta dan juga tetangga sebelah Mas Icak tertawa terbahak-bahak mendengar cerita Mas Icak, Gigi ompongnya yang sedang menikmati segelas kopi panas kemudian terjatuh “Gumparannnnnnggggggggg…” saat Mas Icak bercerita dengan polosnya, Injen (15) putri satu-satunya Mbok Ijah yag mulai beranjak dewasa langsung mengaguk-anggukan kepala dengan polosnya. Sebuah kepolosan yang hari ini sepertinya jarang ditemukan di Grojok hari ini.
Siang-siang Mas Icak mengantar tiga karung beras Kualitas super ke Rumah Deta, bangsawan cantik yang sayangnya kesepian itu. Ditekannya loceng perunggu besar yang tergantung dikiri atas gerbang setinggi tiga meter itu. Datanglah seorang penjaga bertubuh besar berseragam yang kemudian tersenyum melihat kedatangan Mas Icak, dialah Abiguno (23) teman sekelas Mas Icak dulu, Mereka seirng bersapa-sapa, Bahkan Abiguno dengan badan besarnya sering dijadikan bahan lelucon ditengah jenuhnya sistem pembelajaran konvensional saat itu.
“Cak... Apa Kabar?”, Ucap Abiguno
Dijawab Mas Icak dengan mata penuh memorial terpendam yang sepertinya membuat Mas Icak teringat kembali kelucuan Abiguno saat sekolah.
“Wey.. Spektakuler!! Abiguno Bin Albino.. Masih berkembang tubuh kau ini, Tak terasa dah lama kita tak bersua..” Ucap Mas Icak dengan logat Medan yang dibuat-buat.
Dari perbincangan dengan Abiguno, tersiar kabar bahwa Putrji kini sudah sendiri dan tiada penghalan bagi Mas Icak untuk bersama dengan Putrji, tentu saja bila Putrji menerimanya.
Mas Icak pun melanjutkan perjalanannya untuk mengantar tiga karung beras. Didepannya ada Mbok Ijah menanti untuk segera memasak beras tersebut, maklum semnilan jam lagi rumah itu akan sesak dipenuhi para undangan. Mulai dari gubernur, gelagat - gelagat Jenderal Jepang, hingga pangeran tampan dari negeri seberang.
“Dan apabila kamu melanggar peraturan, kamu akan aku jatuhi hukuman…” Ucap perkataan Deta dengan suara bergaung-gaung didengar Mas Icak. Deta ternyata sedang mengancam seorang pangkima jepang, memang stratar tentara jepang ada dibawah wewenang belanda, termasuk dibawah wewenang Keluarga Deta.
Mas Icak pergi dengan lekas, dia tak mau dituduh menguping dan disangka seorang yang menggangu, lagi pula untuk bermasalah dengan Deta Van Halen, seorang Bangsawan.
Dijalan pulang, mas Icak bertemu dengan Jaeng Ba, dia memberitahukan kabar beberapa hari yang lalu. Mas Icak terbilang seseorang yang ingin cepat menyelesaikan masalah.
“Ka, jaeng Ba, kemarin Tuan Mashushita dating, mencari kakak.. Akku sudah kejar sampai ke Jembatan Terbang, tapi aku tak sanggu mengejarya.. seperti difilm Oshin, semua orang Jepang berjalan dengan cepat” Ucap Jaeng Ba ketika berpapasan dengan Mas Icak.
Terpikir dibenak Mas Icak, ada apa gerangan dengan Jenderal sekelas Tuan Mashushita yang mencari-carinya, dalam hati ia trpikir, ada salah apa saya ? hingga seseorang yang berpengaruh di kemiliteran jepang mencari carinya hingga ke Toko Engkoh”
Ia kemudian pulang dan pergi mencari berkas kontak semua kenalannya selama ini ( networking model kartu nama dalam cerita ini sudah ada )
Dia meccari sebuah kardus, kardus yang dulu ia letakkkan paling bawah tumpukan karung beras persediaan dagang, kardus cokelat bekas mie instant itu ternyata sudah lembab dimakan suhu, tapi itu bukan masalah karea semua berkas yang ada didalam kardus itu semua sudah dilapisi plastik pelindung. Mas Icak adalah seseorang yang perhatian terhadap semua barang-barangnya. Hal itu menjadi daya tarik tersendiri bagi kaum wanita. Maka tidak heran Mas Icak dikagumi banyak wanita.
Akhirnya berkas kontak Tuan Mashishita ditemukan, dia langsung mencatat alamat kediaman Tuan Mashushita, dicatatnyaa Jl. Pengadegan No. 3 sebagai markas sekaliguus rumah jenderal Jepang tersebut.
Dengan kereta angin pinjaman, dia segera meluncur ke kediaman Tuan Mashushita. Mas Icak dengan sekuat tenaga mengayuh, padahal hari sudah sangat mendung dan kilat pun hampir menyambar, Mas Icak bukanlah orang yang pantang menyerah, dia terlahir sebagai Pemenang, bukan pecundang.
Targetnya untuk menjadi pribumi pertama yang menguasai perekonomian grojok merupakan hal yang sedang disuahakan.
Akhirnya dengan penuuh derita ia tiba dirumah Tuan Mashushita, dia tangannya catatan itu kini basah, karena hujan sudah menguyur, tinta tinta kini meluncur.
Ia kemudian diarahkan jejamu militer untuk duduk dibalkon markas. Tak lama Tuan mashushita datanng, dia langsunng menyapa “ Apa kabar Mas…?” Ucap Mashusita dengan ramah, dia datangd engan cirikhas senyumnya yang elegan. Mas Icak menjawab “Oh Baik Tuan, ada apa kiranya Tuan memanggil saya? Sebuah kehormatan utnuk saya bissa menyandangi markas kemiliteran Jepang” Ucap Mas Icak.
Ada sebuah hal penting yang ingin dibicarakan oleh Tuan Mashushita, ia merencanakan sebuah kesempaatan emas yang jarang didapat oleh kaum pribumi, Mas Icak ditawarkan untuk bersekolah di Jepang. Disebuah sekolah untuk kemajuan Negara, disana Mas Icak akan dibekali berbagai ilmu yang nantinya harus ia terapkan di negaranya, Mulai dari tingkah laku, budaya hingga adat. Termasuk budaya disiplin yang sangat melekat dengan orang Jepang.
Mas Icak kini terpikir, ada sebuah ksempatan emas untuk menjadi orang yan lebiih baik. “ pasti banyak ilmu disana..” Ujar Mas Icak dalam hati. Mas Icak pun meniyakan tawaran Tuan Mashushita, dirinya akan berangkat tiga bulan lagi, sekarang dia langsung mengurus izin tinggal sementara disana. Dan apabila itu semua sudah selesai, iaa akan diterbangkan oleh pesawat kemilieran jepang, bersamaan dengan pulangnya kembali para tentara.
Mas icak berbisik kepada seorang tentara disebelahnya, dia menanyakan fungi helm yang dipakai itu, dia ingin mencobanya. Akhirnya dia diizinkan utnuk mencobanya, ternyata helm itu mengurangi kebisingan mesin pesawat. Kini Mas Icak merasa nyaman beberapa saat, namun ketika panglima dating dia harus mengembalikan hl tentara tersebut, karena setiap tentara harus siap menggunakan helm pelindung. Memang pada zaman itu lagu lagu jepang mendominasi dunia music tanah air, bahkan beberapa kali artis jepang melakukan konser disini. Sebuah alasan kenapa hingga kini budaya jepang sangat popular dinegara Indonesia. Karena inilah, budaya harajuku hingga harakiri menjadi sebuah fenomena tersendiri dinegara ini. Bahkan ada beberpa alasan mengenai perisitwa kemerdekaan 15 tahun kemudian, diantaranya adalah hadiah dari Jepang karena Indonesia menjadi konsumen budaya jepang terbanyak, hingga membantu mempolulerkan budaya jepang keseluruh dunia. Banyak orang Indonesia termasuk para mantan Jugun Ianfu yang kini masih faseh berbahasa jepang. Dengan penderitaan yang pernah mereka alami, mereka tak canggung canggung untuk mencoba keahlian bahasa jepang mereka. Ajime! Dipesawat, Kadang kala mas icak termenung ketika mengingat kondisi Indonesia dengan penantian kemerdekaannya, ‘Kapan Negara kami akan Merdeka..?” Ucap Mas Icak dalam hati. Aku Pemuda Indonesia dan ada dinegara Indonesia. Sebuah seruan yang digelontarkan kaum aktivis kemerdekaan dulu. Mereka bermimpi menjadi seorang pemuda Indonesia yang bertempat tinggal di Negara Indonesia. Bukan Pemuda Indonesia yang tinggal di Hindia Belanda. “Jadi tinggalkan kami wahai para penjajah!”, Mas Icak kembali berseru dalam hati, hatinya lisan ikut bergetar, tapi mulutnya diam layaknya dibungkam lawan.
Kematian sebuah peristiwa yang akan dilalui semua manusia, sebuah peristiwa yang meebihin trauma, Sakaratul Maut akan mendamba, menjadikan mana yang benar dan mana yang salah hingga kini kian mendamba. Meraih dunia dengan usaha meraih dunia dengan kemerdekaan, hadirlah sebuah metode kemerdekaan dari lubung hati terdalam anak bangsa, sebah bangsa besar dimata dunia dan tak takut dengan Malaysia, Negara itu akan bernama Indonesia.
Hingga semua berkas sudah selesai, dan Mas Icak untuk sementara meninggalkan toko yang baru dirintisnya. Sangat sulit memang,tapi semua itu semata-mata untuk belajar,menambah ilmu hingga nanti ilmu itu bisa diterapkan untuk melakukan hal baik.
Angin dari pesawat tempur kini makin kencang, mas icak sudah bersiap berangat, menunggu dibawah pohon besar dekat markas udara kemiliteran jepang.
Tuan Mashushita yang kini mendampinginya lengkap dengan seragam kemiliteran juga akan pulang ke negeri jepang.
Satu hal yang dipikirkan mas ICak, dia pasti nanti akan rindu kepada peujaannya, Putrji. Putrji yang kini sedang sibuk melanjutkan tingkat pendidikannya di sebuah Universitas ternama dikota, dia mendapat beasiswa disana.
Dan sesuatu hal lagi yang sebenarnya dikhawatirkan adalah para pelanggan yang mulai berdatangan ketoko berasnya. Padahal dia baru mulai merintis usaha, namun godaan untuk belajar ke Jepang tidak bisa ditunda lagi. Akhirnya Mas Icak optimis berangkat.
Tubuhnya dibalut batik khas Indonesia pergi menigggalkan Indonesia. Dia berangkat ke Jepang.
Deru mesin pesawat sangat kencang terdengar, sering sekali mas icak mecoba menutup kedua telinganya, tanda kebisingan yang dideritanya.
Mungkin hanya mas icak satu satu nya pribumi dipesawat itu, selebihnya para kemiliteran jepanglah yang eksis. Juga mas icaklah satu-satunya yang merasa bising dengan suara pesawat, tentara yang lain terlihat nyaman-nyaman saja. Mungkin karena mereka sudah terbiasa.
Para tentara menyanyi sebuah lagu berbahasa jepang, mas icak juga terlihat familiar dengan lagu itu, terbukti mas icak juga ikut bernyanyi.
Lagu yang menjadi cirri khas masyarakat jepnag untuk bersemangat. Mas icak pun kini mulai merasa nyaman dengan bisingnnya mesin pesawat.
Kemerdekaanmemang sebuah harapan kuat yang tumbuh didalam setipajiwa rakyat pribumi saat itu, mereka sebenarnya Tidak rela kekayaan mereka dirampas bangsa asing,seangkan mereka hanya menjadi budak dinegaranya sendiri.
Pernah suatu hari Mas Icak betemu dengan seorang panglima Jepang, dia menjanjikan sebuah kemerdekaan. Kemerdekaan yang menjadi sesuatu yang diidam idamkan bangsa Indonesia. Mulai dari balita hingga yag Tua, semua sudah merasa capek dengan penjajahan yang dihadapinya, anak bayi yang kekurangan gizikarena lahan gandum yang dikirim entah kemana, hingga kerja paksa yang harus dialami kaum renta, semua adalah penjajahan. Termasuk penjajahan yang dialami para jugun ianfu.
Mas Icak meruakan salah satu orang yang bermimpi membuat Indonesia menajdi lebih baik, sebuah visi misi dan harga mati. Indonesia menjadi lebih baik,dari tahun ketahun, bulan ke bulan, hari ke hari, jam per jam, menit kemenit, hingga detik ke detik.
Hati Mas Icak kembali bergejolak, dengan menerima beasiswa Jepang, dia merasa telah menjadi pengkhianat bangsa, tapi untuk mundur sagat sulit karenadia sudah berada diudara, Tapi jika disia-siakan sangat sayang karena pasti akan banyak ilmu yang akan dibawa untuk berkontribusi membangun Indonesia.
Mas Icak bisa mebangun sebuah opini untuk merdekanya Indonesia di jepang,sebuah tindakan kecil seakan sebuah cipratan air dipagi hari, dingin dan serasa menggelegar.
Dia pernah mendengar siaran diradio dimana Indonesia harus menggugat kemerdekaan yang seharusnya diembannya kini, tapi bukan hanya Indonesia sendiri tapi Indonesia dan mereka, mereka itu Negara lain yang kini juga masih terjajah oleh feodalisme, sebuah kelakuan yang seharusnya telah ditinggalkan.
Perang dunia kedua harus diakhiri, salah satu pihak harus kalah atau semua pihak harus berdamai, jikalau Indonesia bebas sepperti Muangthai (Thailand) yang terbebas dari penjajahan, harusnya Indonesia bisa menconth Muangthai. Padahal indonesiadulu juga terdiri dari banyak kerajaan, tapi meekatidak memiliki sebuah kesatuan. Merekaberdiri dnegan diri dan system mereka sendiri. Sebuah system yang seharunya ditinggalkan, kemudian membentuk suatu kesatuan yang kuat hingga mebbuat kekuatan penjajah kembali lemah seperti sedia kala layaknya diterkam seekor harimau.
Mas Icak melihat melihat keluar jendela, wah tampak Pulau Borneo (pulau Kalimantan) dengan hutan lebatnya “sunguh Indah pulau ini..” Ujar mas Icak dalam Hati. Mas CIak kembali sadar akkan betapabesarnyaIndonesia,kekayaan alamnya dan berbagai sesuatu yangtampaknya sulit didapat dinegara lain. Indonesia s[esial, Indonesia Istimiewa, Indonesia Luar Biasa, Indonesia pantas disebut surg,dan olehb karena Indonesia disebut surge seharusnya diisi oleh orang-orang yang pantas idsebut penduduk surge, bukan diisi para penjajah yang hanya mau mengambil keuntungan komersial tanpa memikirkan kebaikan.
Mereka sepertinya gelap mata menghancurkan Indonesia, lantas apakah yang mereka pantas tinggal di Indonesia, sebuah tempat yang disandingkan dengan surga. Surga adalah ciptaan Tuhan yang dikhususkan untuk ditempati manusia terbaik, manusia yang terpilih dan tentu saja bukan kaum feodal penjajah. Jadi Penjajah dilarang ada di Bumi Pertiwi ini.
Sebuah kalimat yang semakin memicu Mas Icak untuk ikut membangkitkan Indonesia, sebuah Negara terbaik yang pernah ada.
Mas Icak berpikir kembali tentang Indonesia, apakah ia pantas untuk menjadi Indonesia, untuk bebas dari jepang, untuk bebas dari pengaruh jepang nanti, untuk bisa memfilter semua ilmu yang akan ia peroleh nanti, dan menyisakan yang baik-baik untuk kemajuan Indonesia. Jangan samapai Budaya seperti Harakiri malah berkembang di Indonesia.
Mengeluh adalah budaya yang seharusnya hilang di Indonesia, sudah banyak para Indonesia yang pesimis untuk merdeka dari tangan penjajajah, termasuk para golongan tua.
Sekian lamanya Indonesia dijajah, Indonesia memerlukan sebuah semangat baru utnuk menjadi sebuah landasan untuk memerdekakan Indonesia.
Kemarin baca di koran, waktu para aktivis muda mencoba berkompromi dengan golongan tua, mereka kini mencari jalan untuk bisa secepatnya memerdekakakanIndonesia.Hingga merayu para golongan Tua yang hanya mengandalkan BPUPKI, sebuah badan buatan Jepang yang memberi sebuah janji tentang kemerdekaan Indonesia.
Indonesia akan menjadi sebuah Negara yang penuh dengan sumber daya alam. Sumber daya alam yang jikadikeolla dneganbaik, tentunya dnegan tangan Indonesia akan menjadikan Indonesia sebuah Negara yang kaya dan luar biasa.
Bahkan jangan heran jika nantinya Indonesia menjadi sebuah Negara Super Power, itu semua jika Indonesia menjadi sebuah Negara nantinya. Mas Icak memang Seorang nasionalis yang luar biasa. Hal tersebut sudah terlihat sejak Mas Icak kecil, dirinya sudah sering mendengar siaran radio para penyemangaat kemerdekaan di radio.
Indonesia kaya akan sumber daya alam. misalnya gunung, di Indonesia sebuah wilayah tropis kaya akan mineral terdapat puluhan gunung berapi. Bgaimana jika Allah marah jika semua dieksploitasi, semua keesaan Allah dieksploitasi manusia dengan berlebihan, apakah mereka sadar akan ramatmu Ya Allah.. Hingga mereka berbuat seperti itu.
Mereka berlari menghndari terpaan awan panas jika suatu hari Merapi kembali meletus, bagaimana kondisi pengungsian jika dikelola pemerintah oportunis seperti Belanda (jika di desa tak merdeka-merdeka).
Apakabar dunia semua menanti keerdekaanmu, semua ingin enkau hinggap tak hanya hinggap dibayangan semu. Apa kabar dunia? Apakabar wahai para panglima perang? Dimana nuranimu? Masihkah kau memiliki hati Nurani? Atau bahkan Hati Nurani telah lepas dari dirimu? Apaka kami siap menahan derita kelaparan? Memang kami dari dulu kuat untuk menahan.. api itukan kami, bukan bayi-bayi penerus generasi kami? Apakah ini seba trik untuk memusnahkan kami hingga nanti saat tinggal satu manusia tear pribumi kalian akan membunuhnya dengan cantik!
Tua apakah kau dengar jerit umatmu disela gemparnya debu dan impian kemerdekaan… Memvisualisasikan kemerdekaan Indonesi di mmpi tidur anak bangsa.
" Bagaimana merawat sebuah bangsa jika Indonesia akan merdeka nanti?" Ucap mas CIak dalam hati
Berpikir mengenai kehidupan sepertinya amatlah rumit, sepeti air yang mengalami proses filterisasi hidup juga merupakan sebuah saringan, saringan kental akan makna. Indonesia sebuah media untuk menjadi sebuah gerakan pembaharuan, gerakan pemaharuan yang diperlukan kini dan nanti, sebuah gerakan yang penuh dnegan dilema, dilema besar akan kehidupan yang tenteram dan penuh dengan amanat. Amanat bukan sebuah kesatuan tapi sebuah janji untuk melakukan sebuah aksi, aksi penting bagi kehidupan bangsa esok hari.
Pernahkah berpikir mengenai sejarah, sejarah panjang tentang kemerdekaannya yang kini kelak akan menjadi sebuah jalan untuk Indonesia merdeka, hal yang sama juga ditemui mas Icak kini,beliau menunngu waktu untuk belajar atau terjun dari pesawat dan dunia merekam aksinya, hingga bukan hal yang hebat lagi jika nanti Indonesia menjadi sebuah negara super power.
“Saya akan disana, memimpin sebuah perubahan.. Saya ingin bela negara…” batin mas Icak berkata.
selesai. Akhirnya..
Pernahkah berpikir mengenai sejarah, sejarah panjang tentang kemerdekaannya yang kini kelak akan menjadi sebuah jalan untuk Indonesia merdeka, hal yang sama juga ditemui mas Icak kini,beliau menunngu waktu untuk belajar atau terjun dari pesawat dan dunia merekam aksinya, hingga bukan hal yang hebat lagi jika nanti Indonesia menjadi sebuah negara super power.
Mas Icak pun mulai bertanya, Siapakah orang Indonesia sebenarnya? Siapakah yang dimaksud dengan Indonesia? Apa yang dimaksud dengan ‘merdeka’? Seperti apakah kemerdekaan itu? Bagaimana implementasi kemerdekaan itu?
Tak sadar akan lamunannya yang lama, Mas Icak disadarkan oleh tentara jepang dan memberitahukan bahwa kita telah sampai di Jepang.
Dari segala lamunannya itu, Mas Icak mendapat suatu gairah tersendiri akan munculnya semangat baru, sebah semangat untuk membangun bangsa, semangta yanganntinya akan dia bawa untuk kemerdekaan Indonesia, Indonesia sebuah Negara impiannnya nya,Impian mereka, impian kita dan Impian berbagai kaum terjajah, semua impian kaum yang tak mau dijajah,sebuah kememerdekaan, kemedekaan yang kini lepas dari mereka, mereka hanyalah sebuah sampah dahulu, tapi mereka kini bersemangat untuk maju dan menyuarakan kemerdekaan.
Sumpah Palapa, gajah Mada berkata menyatukan Nusantara, Nusantara Indonesia yg tiada penjajah, penjajah hanya sebagai sampah pengganti yang terjajah.
Mas Icak kemudian menatap para militer dengan senyuman, mengambil koper yang lama ia jadikan alas untuk duduk. Matahari sang tuhan bagi Jepang ia lihat, ia optimis akan menenggelamkan matahari, menghancurkan Kincir angin dan menjadikan Garuda terbang bebas.
Hidup Mas Ciak kini optimis menimba ilmu diJepang untuk kemajuan Indonesia, ia kini sudah merasa tidak berdosa karena telah meninggalkan tanah air.
Tanah Air yang anntinya akan menajdi sebuah sumber air kehidupan bagi Bangsanya, bangsa Indonesia. Nusantaranya,Nusantara Indonesia,dan tentudengan sebuah Masyarakat Madani bernama Indonesia.
Kisah mas Icak terus berlanjut, Kemerdekaan, kesuksesan menjadi pengusaha pribumi pertama dan Cintanya kepada putrji menjadi sebuah harapan besarnya.
Bial suatu hari waktu telah berakhir, dia akan kembali ke Indonesia membangun bangsanya, membangun agamanya dengan penuh niat dan bersyukur atas kemerdekaan Indonesia kelak. Bial waktu telah berakhir dia ininmembangun Indonesia,Indoneisa dan Indonesia.Bahkan dia bermisi untuk meng-Indonesia-kan dunia.
“Apa itu Indonesia? Indonesia adalah Sebuah bangsa besar dan ternama dimata dunia, dan tak takut dengan Malaysia, Negara itu bernama Indonesia” Ucap Mas Icak dengan Lamunannya sambil tersenyum pada jenderal Mashushita yang mengucapkan salam perpisahan dengannya. Indonesia Indonesia Jaya! Merdeka.. merdeka.. Tanah ku negerikuyang kucinta..Indonesia raya Merdeka Merdeka.. Hiduplah Indonesia Raya..!!
No comments:
Post a Comment