Thursday, January 13, 2011

Film 4 Dimensi ciptaan Allah

Jadi ingat waktu beberapa bulan yg lalu saya bersama beberapa anggota tim dari Broadcast Margonda juga 2 orang kawan dari Pecinta Alam Universitas Pakuan Bogor. Kami mencoba menjelajah rimba di Taman Nasional Gunung Pangrango.

Saya masih ingat betul ketika kami sampai di lokasi pada malam hari, Beberapa Tas Carrier sebesar gaban pun tak lupa kami bawa, bersamaan itu pula udara dingin mulai menyengat kami yang sudah bersiap-siap dnegan jaket super tebal
(terutama saya). Malam hari sekitar jam 8-9 kami sampai disana, huh.. Karena sudah malam kami pun sulit untuk memandang sekitar, kaki pun sempat tersandung batu beberapa kali. Akhirnya kami mendapat sebuah space yang cukup untuk mendirikan Tenda yang cukup muat untuk 10 orang itu. Tim beraksi, semua takada yang diam, ada yg mendirikan tenda, merapihkan terpal, termasuk juga ada yang memegangi senter dan beberapa lilin untuk Lighting (baca: pencahayaan).

Udara dingin semakin menyengat, akhirnya kompor gas portabel kami nyalakan, tabung gas botol mini yang telah kami persiapkan kini mulai dipergunakan. Aku melihat suasana sekitar, sangat gelap, disekitarku bagaikan para raksasa berdiri, dibenakku muncul semacam imajinasi dunia lain, banyak tentara -tantara berkejaran, dataran pegunungan yang sunyi itu seakan ramai dibenakku, mungkin prajurit kerajaan tempo dulu yang datang merasuki otak yang penuh imajinasi ini.

Hingga sebungkus brem (sejenis makanan khas jawa) yg terasa dingin di lidah sepertinya nyaman untuk dimakan, beberapa kali kucoba lahap, sambil mencoba menyendiri diantara keramaian para petualang itu. Aku memang suka menyendiri, berfikir, merenung untuk sesaat melupakan ramainya hidupku di pinngiran ibukota, apalagi tempat disini sangat memungkinkan untuk bertemu hal yang sepertinya tidak kami harapkan, ini duniakami dan mereka juga memiliki dunia yang lainnya. Kami memang hanyatamu disini, tapi kami memang bukan penggangu yang akan mengancam mereka, meski kami lebih mulia dibanding mereka.

Piranti broadcast seperti kamera tak lupa kami bawa, sebuah handycam berformat HI8  sepertinya tak sanggup menemani aksi kami, mungkin karena handycam itu rusak, meski hasil cek kamera terakhir menurutku memungkinkan untuk merekam aktivitas 'kami dan mereka'. Apalagi teknologi infra red yang terbenam dalam kamera itu akan membantu kami, tapi tak ada yang bisa direkam, semua hilang. Saya sendiri masih bingung mengapa. Apakah kamera yang memang rusak atau hal yang memungkinkan lainnya.

Waktu subuh pun datang, aku dan yang lain bangun dan mencoba mencari sumber air, yaitu sungai yang ternyata mengalir jernih dibawah jurang beberapa meter dipinggir tenda kami. Diwaktu subuh yang gelap itu kami mecoba menuruni jurang kecil yang akan menjadi jalan satu satunya untuk mendapatkan air, Untungnya jurang tidak terlalu terjal, kami pun dengan segera bisa merasakan jernihnya air yang bisa membuat kami mati kedinginan itu.

Sebenarnya sudah lama saya ingin merasakan kondisi ini, ini slah satu alasan kenapa saya dulu sempat mencoba bergabung dengan sebuah komunitas pecinta alam, saya hanya ingin merasakan hal seperti ini, bukan hal berbau militer yang hanya menguras energi sehabis belajar disekolah, tapi atas nama sebuah aksi nyata, bukan hanya nama, tapi sebuah tindakan.

Kembali ke rimba, mentari mulai menerangi dinginnya pagi itu, kami beberapa dari kami masih tertidur pulas, Aku menaiki sebuah batu besar lengkap dengan ikat kepalaku, mencoba meraskan apa yang kubayangakan semalam. ternyata Allah Maha Besar, pemandangan indah ciptaan Allah memang tiada duanya, Mungkin hanya disini, dinegeri ini bisa ditemukan kondisi yang teramat spektakuler ini.

Aku pemuda Indonesia (bukan negara Indonesia yang lain), Aku bersyukur bisa merasakan ini dinegaraku sendiri, mungkin ini daya tari terbaik dan alasan 'real' tentang mengapa banyak penjelajah asing yang ingin merasakan sensasi matahari pagi di Bromo, Landscape nan Indah di Papua, hingga sensasi hutan rimbun di Kalimantan. Itu baru sensasi darat, belum lagi sensasi budaya dan lautan yang merupakan kondisi mayoritas di negeri ini, Sensasi bawah laut Indonesia memang sunguh luar biasa, tersebar luas disetiap pulau di Indonesia. Meraka ada disini, di Indonesia.
Apa lagi sensasi budaya yang tersebar disetiap suku di Indonesia. Sungguh tak ternilai harganya.

Pikiranku pun kembali ke realitas kini, dimana udara pagi yang semakin menusuk tulang kini kian terasa. Rasanya segelas Coffe Mix akansedikit mengurangi terpaan udara. Siang ini kami akan kembali meneruskan target perjalanan,Rencananya Air terjun tertinggi di wilayah ini yang akan kami jamah hari ini. Jam ditangan sudah menunjukkan pukul 8.30 WIB, kami mulai melangkah. Kami semakin masuk, Aku mulai membuka peta yang sengaja aku cari di internet saat ketika mau berangkat.
Tapi peta yang ku cetak ternyata salah, jalur yang kami lalui ternyata berbeda dengan yang kucetak.
memang ada 6 jalur berbeda yang bisa kami akses untuk menuju tempat itu.

Selamat datang di Rimba, Inilah hutan berjenis tropis, Lokasi Indonesia memang tepat berada di khatulistiwa. Taman Nasional Gunung Pangrango (TNGP) memang terkenal dengan kekayaan jenis burung ( -/+ 250 jenis), seperti yang tertera di web resminya (http://gedepangrango.org/), tertulis TNGP memiliki 16 jenis elang. yang paling sering ditemukan adalah Elang Berjambul (crested serpent) yg berukuran sedang (50 cm) memiliki kepala berjambul kecil dan ekor berwarna putih. Ada burung pemangsa yaitu Elang Hitam, berukuran besar (70 cm) dengan bulu-bulu hitam. Elang hitam ini sering terlihat di sekitar Air Terjun yang akan kami tuju.

Elang Jawa, yang hampir punah pun juga bisa ditemukan disini. Elang Jawa merupakan burung yang dikenal sebagai model dari lambang negara Indonesia, Garuda. Hewan lain seperti Owa Jawa (Hylobates moloch), Burung Hantu, beragam kadal, bunglon, ular, surili, katak, trenggiling (Manis javanica) hingga Macan Tutul / Leoprad (Panthera pardus) dan yang lainnya bisa ditemukan disini.

Perjalanan kami lalui berjam-jam, kaki yg telah lama tak mengenjot sepeda ini sempat keram sesaat, hingga menyebabkan aku berhenti melangkah, Tanjakkan panjang itu tak akan kulupakan. Kaki yg keram ini sangat menghambat perjalanan. Tapi akhirnya aku coba untuk berhenti sekitar satu menit, aku duduk, memanjangkan kaki, mencoba menghilangkan keram di kaki.

Aku kembali melanjutkan perjalanan, mengejar teman-teman yang tampaknya semakin kelelahan. Kami melalui jalan setapak, menaiki batu besar, hingga menyebrangi sungai. Suasananya Masya Allah, pemandangannya apalagi !! Sungguh Alami.. Anggrek-anggrek nampak hidup berparasit di pohon-pohon raksasa yang ada dikanan kiri kami.
Mereka seakan menyapa kehadiran kami, kami yang sedang berjalan hati-hati melewati jalan setapak yang sangat licin dengan lumut, ditambah dalamnya jurang disebelah kanan kami. Jika terpelest sedikit, mungkin nyawaku hanya akan sampai disini.

Rasanya sudah lama kaki ini melangkah, tapi tempat yang kami tuju tak segera terlihat. Suara air terjun kini terdengar, jeramnya terdengar berisik menemani sunyinya alam yang Indah itu, disepanjang perjalanan saya pribadi tidak melihat hewan-hewan yang disebut di web, hanya suara burung-burung yang sepertinya sedang berkomunikasi dengan alam.

Akhirnya sumber suara jeram itu kini terlihat, Sebuah Air Terjun Alami, bukan Jeram buatan yang pernah kutemukan di Dunia Fantasi. Ya allah.. Sungguh Indah Ciptaanmu, Nama Air terjun ini Cibeureum, Merupakan yang tertinggi di TNGP ( lebih dari 50 meter) Cibeureum berasal dari kata ci yaitu air dan beureum yaitu merah, karena tebing ditumbuhi lumut merah ( Sphagnum gedeanum ), Jika terkena matahari, air pun akan terlihat menjadi merah. Aku langung berniat masuk ke air, tapi aku sempat berpikir kembali untuk masuk karena belum terjun ke air saja dinginnya sudah membuat kulit merinding kedinginan, apalagi jika aku masuk berendam!!

Tapi pikiran dingin sedikit sedikit tereliminasi dengan pengalaman yang akan aku alami jika berndam (nekad),For first time in My Life !! Aku berendam di Air Terjun Alami !! Akhirnya kubuka Kaos dan hanya mengenakan kolor hijau (What The Kamsud?), Karena cuma itu satu-satunya celana kolor yang aku bawa!! Aku kembali mendekati Curug (air terjun dalam bahasa sunda), Semakin dinginm semakin menusuk kulit, kali ini lebi keren, karena dingin langsung menerjang kulit. Akupun semakin mendekat, dan ya aku mencoba memasukkan kaki, dan Wow.. dinginnya semakin terasa! Aku kembali tarik kakiku, sempat terpikir untuk mengurungkan niat, tapi masa sudah didepan mata begini malah balik, "Ayo Dicky...!! kamu pasti bisa!!..." Akhirnya aku kembali memasukkan kaki, dan menahan dingin, aku melangkah hati-hati agar tidak terpeleset, dan Ya!! Untuk pertama kalinya di dunia, aku berendam di Air Terjun Alami!! Semoga Aku bisa merasakan Air Terjun di Surga juga nanti.. Wow.. Dingin.. dan tidak tahan lam disan, juga sangat berbahaya untuk berada tepat ditengah, karena debit saat itu snagt tinngi, dan debitnya tidak stabil, bisa bisa saja, anda akan tertimpa debit air yang sangat berbahaya waktu itu. Untungnya selamat...

Aku tak tahan dinginnya, dan langsung naik ke daratan, dan langsung mencari sinar matahari dan berharap panasnya akan sampai menyelimuti kulitku, aku naik ke batu besar memang tampaknya cocok untuk tiduran, beberapa menit ku pejamkan mata, menerima energi panas matahari yang masuk, dan menghirup sejuknya udara tanpa polusi disini.
Aku mencoba perlahan-lahan membuka mata, dan Subhanallah... Allah kembali mununjukkan kuasanya, Aku melihat Seeokor elang yang asyik mengitari puncak terjun..Sebuah pemnadangn yang luar biasa.. Inilah Film 4 Dimensi ciptaan Allah.. Kita bisa melihatnya (visual), mendengarnya (auditori), dan merasakannya (kinestetik).

Sebuah film yang tidak direkam di Betacam, Mini DV, DV Cam maupun di Pita Seluloid Film, tapi terekam dihati dan pikiran setiap hambanya yang diberikan kesempatan untuk merasakan. "The Real Amazing Film that created by Allah". Mungkin tulisan ini tak bisa menggambarkan secara sempurna apa yang kurasakan, tapi yang kurasakan adalah sebuah Grand Desain sempurna yang Allah Ciptakan.

Mungkin itulah, Sedikit catatan yang sebenarnya telat dituliskan oleh Dicky Rinaldo, seseorang yang bukan apa-apa juga bukan siapa-siapa.

No comments:

Post a Comment