Sunday, March 21, 2010

Kecewa Pelayanan Puskesmas Lenteng Agung

Kesehatan merupakan harta yang tak ternilai harganya, sudah beberapa hari yang lalu saya menderita penyakit yang mungkin menurut orang sepele, yakni batuk. tapi batu ini sudah beberapa hari tak kunjung hilang dari tubuh saya, lantas sayapun disuruh ke Puskesmas Lenteng Agung, karena lokasinya di Jala.n Lontar- Lenteng Agung - Jakarta Selatan tergolong lumayan dekat dengan kediaman saya.


Dikarenakan saya pribadi baru pertama kali berobat ke Puskesmas itu, maka saya diwajibkan mendaftar, antrilah saya dengan tertib diloket pendaftaran, meski banyak ibu-ibu yang kurang tertib dengan main daftar lewat pintu samping. Diloket pendaftaran tertulis bahwa biaya pendaftaran sebesar Rp. 2000,-.
sebuah harga yang tergolong murah mengingat kita tak perlu lagi membayar/menebus harga obat yang akan kita ambil setelah diberikan resep oleh dokter.

Ada yang aneh, diloket jelas-jelas tertulis bahwa biaya pedaftaran sebesar Rp. 2000,- tapi harga yang ditagih petugas berbeda dengan yang tertulis yakni sangat beragam, dari hasil pengamatan saya para pasien ada yang diminta mengeluarkan uang mulai dari Rp. 5000 sampai Rp. 7.000, saya sendiri dipintai uang Rp. 5000,-amat berbeda jauh dengan nominal dua ribu rupiah.

Pendaftaranpun telah selesai saya lakukan, saya langsung menuju ruang dokter, dan sesuatu yang aneh muncul lagi, belum sempat saya duduk dikursi, dokter langsung bertanya 'Tadi kamu bayar berapa?' saya tercengang dan berpikir, ternyata pelayanan dan yang diberikan di Puskesmas masih dinilai dari sisi materiil, sebuah pertanyaan yang sepatutnya tak layak ditanyakan kepasien.

Setelah dari ruang dokter, saya langsung memberikan resep obat yang diberikan ke loket obat, saya taruh kertas yang dokter berikan ke daftar antrian. dan beberapa saat kemudian saya pun dipanggil, astaga petugas pun memberikan penjelasan dan obat hanya seperlunya, petugas hanya menjgatakan 'minum obat ini dulu, nanti kalo belum sembuh baru minum yang ini', saya kembali takjub.. padahal bentuk obat dan kemasan hampir terlihat sama, bagaimana jika pasien itu seorang manula dan sudah pikun?? bisa-bisa bukan sembuh yang didapat. Dan yang miris lagi saya tidak diberikan pembungkus atau minimal kantung plastik untuk membungkus 5 bungkus obat yang dokter berikan.

Mohon bagi pejabat yang berwenang segera diurus masalah yang satu ini, saya yakin anda merupkan pribadi yang bertanggung jawab. karena saya masih yakin jika saudara kita yang kurang mampu tidak dilarang sakit.


No comments:

Post a Comment